3 Tradisi Balapan Unik yang hanya Ada di Sumbawa

Kalau ngomongin Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pasti yang langsung terpikirkan olehmu adalah Gunung Tambora. Tapi, selain Tambora, Sumbawa juga punya banyak hal lain yang menarik, termasuk tradisi balapan unik. Nggak percaya? Coba deh simak 3 tradisi balapan unik di Pulau Sumbawa ini:

1. “Barapan kebo” alias karapan kerbau

tradisi balapan unik di sumbawa
Persiapan sebelum “barapan kebo”/Dewie Suwiryo

Barapan kebo (karapan kerbau) adalah hobi yang sudah turun temurun dilakukan orang Sumbawa dari zaman nenek moyang. Karapan ini biasanya diadakan sekali seminggu, pada hari Minggu, di tempat-tempat berbeda yang dipilih oleh panitia. Namun, biasanya karapan kerbau diselenggarakan di Lapangan Srading (Kab. Sumbawa), di Lapangan Srangin (Taliwang, Sumbawa Barat), dan di Lapangan Alas Barat (Kab. Sumbawa Barat).

Untuk mengikuti perlombaan, pemilik wajib membayar uang pendaftaran sebesar Rp 100.000. Hadiahnya lumayan: kambing, lemari, kain sarung, dan kipas angin. Sebelum karapan dilaksanakan, semua pemilik kerbau karapan se-Sumbawa—yang sudah terdata semua—berikut joki akan diundang oleh panitia.

Kerbau yang digunakan untuk karapan hanya kerbau jantan yang dipelihara secara khusus. Mereka hanya ditempatkan di kandang, diberi makan yang banyak, kemudian dilatih dua kali seminggu, yaitu hari Jumat dan Sabtu. Tujuannya supaya kerbau terbiasa berlari kencang dan terarah. Kerbau karapan juga diberi nama unik, seperti Manohara, Piring Terbang, atau Janda Udik.

tradisi balapan unik di sumbawa
Kerbau dan joki sedang beraksi/Dewie Suwiryo

Dalam karapan, kerbau-kerbau harus menjatuhkan kayu yang ada di tengah lapangan. Jika sudah menjatuhkan kayu tersebut, barulah dapat dikatakan berhasil—tentu saja kecepatannya juga diperhitungkan. Karapan dilakukan sampai tiga kali untuk mendapatkan juaranya. Sistem gugur berlaku; kalah, langsung tereliminasi.

Ada kelas-kelas tersendiri dalam karapan kerbau, sesuai ukuran kerbau yang dilombakan. Kerbau besar diadu dengan yang besar (kelas 1) dan yang kecil diadu dengan yang kecil juga (kelas 2). Kerbau tercepat biasanya mampu berlari sejauh 100 meter dalam 9 detik!

Sebelum lomba, prosesi khusus mesti dilakukan terhadap kerbau. Hewan itu dimandikan, didaraskan doa khusus, kemudian didandani dengan pita-pita lucu. Uniknya, kerbau karapan biasanya dijual dengan harga mencapai Rp 50-100 juta/pasang. Jika kerbaunya sudah terbukti kencang, harga bisa sampai di atas Rp 100 juta/pasang.

2. “Main jaran” alias pacuan kuda

tradisi balapan unik di sumbawa
Kuda-kuda mulai dipacu oleh para joki di “barapan kuda”/Dewie Suwiryo

Tradisi balapan unik di Sumbawa selanjutnya adalah main jaran (pacuan kuda). Setiap kali diadakan, acara pacu kuda akan diramaikan oleh anak-anak, remaja, dan orang tua. Pacuan kuda skala besar biasanya dilakukan dua kali setahun dan akan diikuti oleh joki dari seluruh Indonesia bagian tengah-timur mulai dari Lombok, Bima, sampai Sumba. Sementara, pacuan kuda skala kecil hanya dilakukan di daerah saja. Hari-harinya pun berubah-ubah tak menentu. Di Kabupaten Sumbawa, main jaran diselenggarakan di Lapangan Angin Laut, Desa Penyaring, Moyo Utara.

Pacuan kuda skala besar biasanya berlangsung 7 hari pada April atau Mei. Pacuan kuda biasanya dibagi menjadi tiga kelas. Biaya pendaftarannya berbeda, antara Rp 300-700 ribu. Kalau karapan ayam dan kerbau jokinya orang dewasa, pacuan kuda ini jokinya adalah anak kecil berumur antara 5-9 tahun.

tradisi balapan unik di sumbawa
Seorang joki cilik/Dewie Suwiryo

Para joki sudah dilatih sejak mereka usia 4 tahun. Sekali membawa kuda, mereka dibayar Rp 100-200 ribu/putaran. Semakin sering menunggangi kuda dalam satu event balapan, semakin banyak uang yang mereka kumpulkan. Makanya, meskipun risikonya jatuh dan patah tulang, mereka tidak jera. Mereka berani bawa kuda setinggi 100-150 cm, tak peduli meskipun mereka masih kecil.

Event pacu kuda besar biasanya berhadiah uang, kuda, sapi, televisi, kulkas, bahkan motor—tergantung sponsor. Sebelum mengikuti lomba, kuda-kuda harus dites kesehatannya oleh tim kesehatan yang disediakan panitia. Kuda akan dimandikan dan didandani oleh pemiliknya, lalu disiram dengan air cabe di bagian pantat supaya larinya makin kencang. Pacuan akan dimenangkan oleh kuda yang tercepat di tiap kelas. Yang kalah, seperti karapan kerbau, akan langsung tersingkir.

Kuda jantanlah yang dilombakan. Jika dijual, kuda pacuan bisa laku ratusan juta, apalagi kalau langganan juara. Kuda juga diberi nama unik, misalnya Thunder, Halilintar, Dewi Angin, Pencakar Langit, dan lain-lain.

3. “Barapan ayam” alias karapan ayam

sumbawa
Sepasang ayam yang akan dilombakan sedang dipamerkan/Dewie Suwiryo

Ayam yang dalam budaya lain disabung, di Sumbawa disuruh balapan. Barapan ayam (karapan ayam), salah satu dari tradisi balapan unik di Sumbawa ini, digemari oleh segala kalangan, dari mulai anak-anak, remaja, sampai orang tua. Karapan ayam skala besar biasanya dilakukan sekali seminggu, setiap Sabtu. Sedangkan penyelenggaraan skala kecil harinya tak tentu.

Karapan ayam biasanya diselenggarakan di Lapangan Desa Padak, Kecamatan Alas Barat, mulai pukul 15.00 WITA sampai selesai. Jumlah pesertanya bisa sampai 30. (Perlombaan skala besar biasanya mencapai 200.) Untuk mengikuti perlombaan, setiap peserta wajib mendaftarkan ayamnya dan membayar Rp 20.000.

Hadiah pertandingan ini biasanya kain, selimut, perkakas rumah tangga, dan lain-lain. (Pada perlombaan skala besar, hadiah utama biasanya kambing.) Undangan karapan ayam biasanya disampaikan secara lisan, sebab semua sudah tahu siapa saja yang biasanya ikut karapan.

barapan ayam sumbawa
“Barapan ayam”/Dewie Suwiryo

Ayam, seperti kerbau dan kuda jagoan yang ikut karapan, juga diberi nama yang unik oleh para pemiliknya, seperti Gadis Khayangan, Zulkarnain, dan lain-lain. Yang diperbolehkan ikut bertanding hanya ayam kampung jantan. Kelas yang dipertandingkan pun banyak, dari kelas 1 sampai 6, sesuai ukuran ayam. Kelas 1 adalah ayam yang paling besar.

Dalam karapan ayam, setiap pasangan ayam yang sudah diikat harus melewati daun lontar (saka) yang ada di tengah lapangan. Jika sudah melewati saka tersebut barulah ayam itu dapat dikatakan berhasil. Selanjutnya, untuk menentukan siapa pemenang, tentu waktu tempuhlah yang diperhatikan. Selain itu, di sisi kanan dan kiri juga dipasang rambu daun lontar. Apabila melewati daun lontar di samping, peserta dinyatakan gugur. Ayam yang menang langsung diumumkan di akhir perlombaan. Ayam karapan biasanya dijual seharga Rp 2-4 juta/pasang.

Gimana? Seru ‘kan 3 tradisi perlombaan unik di Sumbawa itu?

Tinggalkan Komentar