Tak terasa PPKM Level 4 yang diterapkan di kotaku sudah berjalan sebulan. Sebenarnya tak ada agenda aku keluar rumah, terlebih hari itu jatuh di hari Minggu. Tapi tiba-tiba saja aku terpikir untuk mendatangi Taman Tegallega. Ide ini tiba-tiba saja muncul secara spontan. Kemudian aku berpikir, jangan-jangan taman itu ditutup dan masyarakat tak boleh masuk. Tetapi aku tetap memaksakan diri menuju ke sana. Biarlah walaupun ditutup mungkin aku bisa mengunjungi tempat lain. Semua itu kulakukan untuk membuang kejenuhan.
Dua masker aku kenakan sekaligus. Sebelum berangkat ke sana aku melihat Pak RT dan warga sedang memasang bendera merah putih di gang. Kemudian aku baru ingat kalau hari itu tanggal 1 Agustus 2021. Aku baru mengerti jika orang-orang mulai memasang bendera maka itu persiapan menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-76. Aku hanya bisa pamit dan tak bisa membantu mereka.
Mengapa Taman Tegalega?
Sepertinya pikiranku terpengaruh dengan bendera merah putih yang berkibar di gang tadi. Di sini aku baru teringatkan jika ke taman tersebut, kita bisa mengenang tentang peristiwa pembakaran Kota Bandung. Orang mengenalnya dengan peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi 24 Maret 1946. Aku pun berdiri takjub kala melihat monumen yang berdiri kokoh itu. Terbayangkan saat itu betapa heroiknya semangat para pejuang.
Taman Tegalega merupakan sebuah taman kota, siapapun bisa datang ke sini. Tampak pohon-pohon rindang yang membuat suasana sejuk, kita bisa berteduh di bawah pohon tersebut. Tak hanya itu, tempat olahraga pun disediakan dan terdapat tempat khusus untuk anak-anak bermain. Fasilitas pendukungnya cukup banyak.
Sekitar pukul 10.30 WIB aku tiba di Taman Tegallega. Pintu pertama ternyata tak dibuka dan aku masuk dari pintu samping. Aku beruntung sekali karena masih banyak pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar sini.
Mataku kemudian tertuju kepada sebuah monumen yang berdiri kokoh yang tersorot oleh sinar matahari. Monumen Bandung Lautan Api. Mengingatkanku tentang peristiwa heroik TNI pejuang dan rakyat untuk melawan sekutu yang telah menduduki kota saat itu. Pengorbanan yang diperlihatkan TNI (TRI, saat itu) menjadi nilai tersendiri yang mestinya terpatri dalam setiap hati warga negara. Maka sesulit apapun kita tetap haruslah mampu berkorban pula untuk negeri dengan berbagai cara yang bisa dilakukan.
Kulihat beberapa anak sedang bermain di dekat monumen, namun bisa jadi mereka tak sepenuhnya mengerti tentang makna berdirinya monumen ini. Kemudian aku melihat bait-bait lagu “Halo-Halo Bandung” yang tertulis pada sebuah prasasti di bawah monumen. Lagu yang diciptakan Ismail Marzuki itu adalah bukti penghargaan atas perjuangan yang telah dilakukan. Para pejuang rela mengorbankan nyawa demi kemerdekaan negeri ini. Karenanya, sejenak aku berdiam di sana terasakan suasana waktu itu, Kota Bandung dibakar bukan untuk merusaknya tetapi justru menjadi bentuk perlawanan kepada penjajah.
Setelah itu aku menengok ke arah selatan, sebuah sudut yang menceritakan lebih detail peristiwa ini. Pada sebuah tembok tampak tergambar sosok-sosok yang menjadi peran utama dalam kisah heroik Bandung lautan Api. Mataku tertuju kepada gambar yang terlihat pertama kali. Sosok Mohammad Toha dan Mohammad Ramdan, figur pejuang yang menjadi sentral perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah di Bandung. Gambar Mohammad Toha tergambarkan jelas dengan wajahnya, namun gambar Mohammad Ramdan yang kulihat saat itu berbentuk siluet. Mohammad Toha dan Mohammad ramdan adalah sosok heroik yang membom Gudang mesiu Belanda di Bandung Selatan. Keduanya dinyatakan gugur pada peristiwa tersebut.
Tak hanya gambar mereka yang ada di sana, ada pula gambar Jenderal AH Nasution yang saat peristiwa bandung lautan Api menjadi Panglima Kodam Siliwangi. Kemudian ada pula foto Ir Soekarno dan tokoh perjuangan di Tatar Pasundan, Otto Iskandar Dinata yang dikenal “Si Jalak Harupat”.
Lengkap sudah aku melihat tentang sejarah pada monument, prasasti, dan juga tembok yang bergambar para pahlawan itu. Tembok yang dibuat untuk mengenang jasa-jasa para mereka, para pahlawan. Karena mereka, saat ini kita tak mengalami harus memanggul senjata untuk melawan penjajah.
Baru kali ini aku mampu mengenang cerita perjuangan yang terjadi tahun 1946 di Bandung dengan penuh hikmah. Karena datang ke Taman Tegallega, aku pun bisa sejenak merenung. Aku sadar, kemerdekaan tidak diraih dengan cara yang mudah tetapi melalui perjuangan keras yang mengorbankan darah, nyawa dan mungkin juga cinta.
Awal Agustus 2021 membuatku menjadi pribadi yang yang harus selalu mengingat sejarah perjuangan bangsa ini. Kendati mungkin masa PPKM ini akan tetap berlangsung pada bulan ini. Namun semua itu takkan menghalangi bangsa ini untuk merayakan HUT RI di tahun ini walaupun tanpa perayaan yang meriah.
Intinya, semangat perjuangan itu harus diwariskan kepada generasi muda agar tidak lupa sejarah dan memotivasi mereka untuk terus berjuang dalam kebaikan bagi negeri ini.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.