Berbekal dari ajakan untuk bersepeda ke Stadion Manahan, aku mengayuh sepeda dan bergegas berangkat menemui ketiga kawan lamaku. Setelah beberapa menit sepedaku berjalan akhirnya aku bertemu dengan kawan-kawanku yang telah menunggu kehadiranku. Tidak menunggu waktu lebih lama lagi aku melanjutkan kayuhan sepedaku menuju Stadion Manahan. Dengan jarak yang tidak kurang dari 15 KM dari tempat tinggalku, aku menempuh perjalanan sekitar satu jam lamanya menuju stadion yang berada di Kota Surakarta tersebut.
Iring-iringan keempat sepeda kami turut meramaikan bahu jalanan Kota Solo yang berjajar dari depan ke belakang. Hal itulah yang seolah menjadi suplemen dan penyemangat diriku ini untuk mengawali hari. Di pagi yang cukup cerah dan suasana hangat kota budaya tersebut seperti menyapa dan mengawali hariku untuk terus bergerak dan berolahraga. Melawan rasa mager alias malas gerak yang sering hinggap di manusia yang satu ini.
Setelah beberapa lama rupanya kami telah tiba di area Stadion Manahan dan kami langsung menuju Pintu Masuk B Stadion Manahan karena di situlah letak deretan para penjaja dagangan berada. Setibanya di depan Pintu Masuk B Stadion Manahan, keempat pasang kaki kami sejenak berhenti mengayuh pedal. Lantaran deretan jajanan yang dijajakan jalanan Stadion Manahan seolah menyolok mata untuk segera dibeli dan membujuk rayu perut kami yang mulai keroncongan. Meski kami semua sudah sarapan, kami tetap memutuskan untuk jajan makanan kecil yang banyak dijual di sekitar stadion kebanggaan masyarakat Surakarta itu.
Menikmati jajanan yang banyak digemari masyarakat baik tua maupun muda dengan suasana syahdu di tengah kota yang rindang akan pepohonan menjadi karunia Tuhan yang luar biasa nikmat di pagi hari. Banyak sekali jajanan yang dijual para pedagang di sekitar Stadion Manahan dari makanan berat hingga camilan, dari minuman hangat hingga es segar banyak didapati di sini. Akan tetapi bukan hanya makanan dan minuman saja yang dijajakan, banyak pula kerajinan khas Solo yang dijual di area stadion.
Sembari menikmati jajanan yang telah kami beli, tak lupa kami berempat juga berswafoto di depan gerbang belakang stadion tersebut. Harap maklum usia kami semua belum mencapai 19 tahun. Sehingga jiwa-jiwa muda untuk mengabadikan setiap momen tetap melekat pada kami. Setelah puas mengisi memori pada gawai kami dengan foto-foto terbaru berlatar Stadion Manahan yang gagah itu kami beralih ke depan stadion. Laju sepeda yang bergerak agak lambat kami arahkan ke pintu gerbang utama stadion. Kami tak dapat melaju kencang karena setiap hari libur sudah pasti stadion ini dipenuhi masyarakat untuk berolahraga pagi.
Namun bukanlah rasa kesal yang kami temui saat gerak sepeda kami sedikit terhambat, karena bagaimana bisa jika kami harus kesal dengan sopan santun warga yang sliwar-sliwer memadati jalan. Bahkan, senyum hangat dibalik masker tetap terlihat dari raut wajah warga yang berlalu lalang di sekitar Stadion Manahan kerap kami jumpai, entah saling kenal ataupun tidak, kami sering bertegur sapa dengan sesama pengunjung stadion. Ditambah lagi dengan ramah tamahnya warga yang beraktivitas semakin membuat decak kagum kami pada gaya hidup masyarakat Kota Solo sebagai kota budaya.
Setelah sekitar lima menit empat pasang kaki kami mengayuh, laju sepeda kami hentikan lagi karena memang patung Ir. Soekarno yang berada di depan Stadion Manahan rasanya sayang untuk dilewatkan atas keindahannya. Terlebih untuk spot foto yang dirasa kece ini memang perlu diajak untuk segera diabadikan. Bagi para pengunjung stadion, berfoto dengan latar belakang patung presiden pertama RI yang tengah duduk dengan wibawanya itu adalah momen yang wajib dan kudu dicoba.
Puas berswafoto kami berempat menghabiskan waktu di pagi hari dengan bercengkrama bersama di dekat Pintu Utama Stadion Manahan. Wajar saja kami banyak bercerita tentang masing-masing dari kami lantaran sudah lama tidak berjumpa selepas lulus sekolah menengah atas. Dengan cuaca yang sedang hangat-hangatnya dan tawa ceria kami rupanya membuat lupa akan waktu hingga hari menjelang siang.
SSaat panasnya sinar mentari yang cukup menyengat membuat kami segera bergegas pulang dan meninggalkan Stadion Manahan. Lagi pula di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini yang membatasi aktivitas warga di stadion juga harus kami hormati. Peraturan Kota Surakarta yang menutup akses masuk Stadion Manahan pada pukul 10.00 WIB harus kami patuhi. Kebijakan dalam rangka memutus mata rantai penularan COVID-19 juga wajib kami terapkan. Sehingga pedal di masing-masing sepeda kami harus dikayuh lagi untuk kembali pulang dan meninggalkan Kota Surakarta.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
1 komentar
Asikk seru sekali bersepeda ke manahan, aku sekali2 pengen coba ahh kesana juga naek sepeda dari kosss