Kampung Merabu yang berada di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, tidak semata permukiman masyarakat Dayak Lebo biasa, tetapi juga penjaga terakhir Sangkulirang-Mangkalihat, kawasan ekosistem karst terbesar di Kalimantan dengan luas luas sekitar 1.867.676 hektare. Ekosistem karst yang pernah diajukan sebagai nominasi situs UNESCO Global Geoparks pada 2016 ini mencakup dua wilayah administrasi, yaitu Berau dan Kutai Timur.
Masyarakat Dayak Lebo yang mendiami Merabu, bagian dari Dayak Basap yang menginduk pada Dayak Punan—salah satu rumpun suku Dayak terbesar di Kalimantan—dikenal sebagai suku pemburu (hewan) dan peramu obat-obatan tradisional. Di era modern, masyarakat Merabu umumnya mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan berburu sarang burung walet di liang-liang gua yang tersebar melimpah di hutan Merabu.
Sejak 2011, Kampung Merabu mulai mengenal konsep ekowisata setelah riset etnografi dan arkeologi yang dilakukan The Nature Conservancy (TNC) beberapa dekade sebelumnya. TNC—yang beberapa tahun kemudian sempat berafiliasi dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN)—membantu masyarakat memetakan potensi sumber daya alam untuk dijadikan peluang ekonomi alternatif melalui pengembangan destinasi wisata secara berkelanjutan.
Lokasinya Kampung Merabu terletak di pedalaman, sekitar 30 kilometer dari jalan poros Berau–Samarinda, melewati area perkebunan kelapa sawit yang telah merambah kampung tetangga. Sejak 9 Januari 2014, Merabu jadi kampung pertama di Kabupaten Berau yang mendapatkan izin Kementerian Kehutanan untuk mengelola hutan desa seluas 8.245 hektare pada 9 Januari 2014. Sekitar 37,5 persen dari total luas kampung 22.000 hektare (220 km2). Di dalam kawasan hutan desa tersebut, terdapat tiga destinasi utama yang wajib dikunjungi jika merencanakan perjalanan wisata ke Merabu.

1. Gua Bloyot
Gua Bloyot telah menjadi objek cagar budaya di bawah pengelolaan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Kalimantan Timur. Gua ini menjadi salah satu bagian dari sedikitnya 40 gua lateral maupun vertikal dengan tidak kurang 1.975 lukisan cadas prasejarah.
Beberapa lukisan ikonis di dinding utama Gua Bloyot antara lain gambar cadas berupa lima jari yang dilukis utuh dengan warna dominan merah tua hingga bagian karpal—pergelangan tangan. Tidak hanya tangan, tetapi juga ada lukisan-lukisan fauna, antara lain babi dan gecko yang digambar dengan jari sebanyak tiga buah meruncing.



Aula utama Gua Bloyot dan lukisan-lukisan prasejarah di dinding gua via TelusuRI/Deta Widyananda
Untuk menuju Gua Bloyot, kamu wajib ditemani pemandu lokal lalu berjalan kaki sejauh empat kilometer dari kampung dengan kontur medan relatif datar di antara belantara Kalimantan. Sesekali terdengar teriakan owa, orang utan, maupun beruang endemik Kalimantan bersahut-sahutan dari jarak yang jauh. Mendekati Gua Bloyot, trek pendakian akan terjal di antara batuan cadas dan memasuki lorong gua yang gelap, sehingga diperlukan penerangan (headlamp) dan helm untuk keselamatan.
Kampung Merabu menyediakan paket wisata one day trip atau berkemah semalam jika ingin merasakan sensasi menginap di dalam gua. Biasanya tempat camp akan digelar di aula Gua Lima Cahaya yang terletak di atas Gua Bloyot. Dinamakan ‘Lima Cahaya’ karena terdapat lima lubang di langit-langit gua untuk akses masuk sinar matahari dan corak warna cahayanya bisa berbeda-beda.
2. Danau Nyadeng
Danau Nyadeng berwarna toska ini tampak kontras dengan lebatnya hutan hujan tropis khas Kalimantan di sekelilingnya. Memiliki luas kurang lebih seperempat hektare, titik terdalam danau ini disinyalir bisa mencapai 40 meter. Untuk itu hanya orang yang benar-benar mahir berenang yang diizinkan untuk bermain air di danau ini.
Telaga yang terletak di ketinggian 117 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut mengalir jernih ke anak-anak sungai sekaligus menjadi sumber air minum warga. Tebing-tebing karst cadas menjulang yang mengelilingi area Nyadeng menambah daya pikat.



Danau Nyadeng dan fasilitas untuk pengunjung via TelusuRI/Deta Widyananda
Pihak kampung telah membangun sejumlah fasilitas, di antaranya pondok kayu termasuk dua bilik toilet umum dan area dapur sederhana untuk memasak. Selain itu salah satu yang mencolok adalah rumah kayu yang menempel pohon ulin. Saat musim hujan, air danau akan meluap ke daratan sehingga direkomendasikan untuk bermalam di pondok kayu daripada menggelar tenda. Jangan lupa menyiapkan kantung tidur (sleeping bag) dan lotion antinyamuk agar bisa beristirahat dengan nyaman.
Untuk menuju Danau Nyadeng, moda transportasi satu-satunya hanyalah menggunakan ketinting atau perahu kayu menyusuri aliran Sungai Lesan sejauh lima kilometer atau sekitar 20 menit. Setibanya di Dermaga Nyadeng, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki santai sejauh satu kilometer dengan waktu tempuh 20 menit. Sejumlah pohon besar mudah dijumpai, antara lain meranti merah (Shorea parvifolia), meranti majau (Shorea johorensis), dan merawan (Hopea mengarawan). Kunjungan wisata ke Danau Nyadeng biasanya serangkai dengan Puncak Ketepu sehingga harus menginap satu malam di tepi danau.
3. Puncak Ketepu
Puncak Ketepu berada di ketinggian 393 mdpl. Sepintas tampak pendek, tetapi nyatanya tetap memerlukan perjuangan untuk bisa menjangkau Puncak Ketepu. Sama seperti Gua Bloyot, perjalanan ke Puncak Ketepu membutuhkan fisik ekstra. Sebab, jalur pendakian sangat terjal meski jaraknya ‘hanya’ 500 meter. Kamu harus berhati-hati dengan batu-batu karst yang tajam sehingga direkomendasikan menggunakan sepatu khusus trekking.
Menurut pemandu lokal, jalur ke Puncak Ketepu searah menuju Danau Tebo, bagian dari ekosistem karst Sangkulirang-Mangkalihat di wilayah Kutai Timur, yang masih berjarak seharian dengan berjalan kaki. Persimpangan jalur ke danau tersebut berada di liang gua mendekati Puncak Ketepu. Terdapat jalan setapak yang curam melipir tebing di sisi jurang dalam.



Pemuda pemandu lokal di Puncak Ketepu dan pemandangan yang dapat dilihat saat cuaca cerah via TelusuRI/Deta Widyananda
Umumnya pendakian ke Puncak Ketepu dimulai sejak sebelum subuh, sekitar pukul 04.00–04.30 WITA. Durasi pendakian setidaknya 1,5–2 jam, tergantung ketahanan fisik kamu. Tujuan pendakian pada jam-jam tersebut karena daya tarik Puncak Ketepu adalah pemandangan alam yang tersaji jelang matahari terbit.
Sejatinya Puncak Ketepu bukanlah yang tertinggi di ekosistem karst Sangkulirang-Mangkalihat. Namun, puncak ini jadi yang paling mudah dijangkau untuk kegiatan wisata. Dari puncak yang tidak terlalu luas, gulungan kabut tipis bak kapas membentuk awan yang melayang rendah di kanopi hutan. Puncak-puncak karst lainnya juga akan terlihat lebih tinggi di sekitarnya. Panorama pagi itu biasanya ditemani suara lengkingan owa kalimantan yang terdengar bergema.
Aktivitas tambahan
Selain empat destinasi utama tersebut, ada aktivitas-aktivitas tambahan yang bisa kamu lakukan di Merabu. Pastikan datang pada saat yang tepat. Kamu bisa mengkonfirmasi waktunya ke pihak pengelola ekowisata Merabu.
Pertama, kamu bisa mengikuti warga Merabu melakukan tradisi bercocok tanam padi gunung atau manugal. Tradisi budi daya pangan dengan sistem ladang berpindah secara gotong royong ini hanya berlangsung dua kali dalam setahun. Lalu malamnya akan berlangsung pesta lemang, yaitu makan-makan bersama di pondok tengah kebun. Lemang adalah kuliner khas Merabu berupa beras ketan dalam bambu panjang yang dibakar.
Kedua, mengikuti rangkaian Festival Tuaq Manuk yang biasa digelar pada pertengahan tahun. Festival kebudayaan yang masuk dalam kalender wisata Kabupaten Berau ini sejatinya merupakan tradisi gotong royong bernuansa spiritual yang merangkul semua golongan, sekaligus sebagai wadah literasi tentang unsur-unsur kehidupan sehari-hari yang melekat dalam adat Dayak Lebo: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup, sistem mata pencaharian, sistem religi, sistem kesenian, dan sistem kesakralan.
Tuaq Manuk memiliki tujuan besar agar masyarakat dan hutan Kampung Merabu diberikan keberkahan dan senantiasa bersyukur pada hasil yang diterima. Baik untuk kebutuhan tahun ini maupun tahun-tahun mendatang. Panen padi sukses, buah-buahan dan madu berlimpah, juga termasuk memberi obat dan doa pada warga yang mengalami beragam kesulitan.

Transportasi dan akomodasi
Akses termudah untuk menjangkau Kampung Merabu adalah melalui Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau. Tersedia penerbangan reguler dari Jakarta, Surabaya, Balikpapan, dan Samarinda ke Bandara Kalimarau Berau. Adapun jika ingin mencoba petualangan seru, kamu bisa mencoba jalur darat dari Balikpapan ke Tanjung Redeb sejauh hampir 500 km melalui jalan poros Bontang–Sangatta atau Tenggarong–Kutai Timur.
Tidak ada transportasi umum memadai yang tersedia dari Tanjung Redeb menuju Merabu. Satu-satunya jalan adalah membawa kendaraan pribadi atau menyewa mobil berikut sopirnya. Rata-rata harga sewa mobil (termasuk sopir) dari Tanjung Redeb ke Kampung Merabu sekitar Rp1,5 juta sekali jalan, menempuh jarak 173 kilometer dengan waktu tempuh antara 4,5–5 jam perjalanan. Untuk transportasi kembali ke Tanjung Redeb, biasanya menggunakan armada mobil milik warga Merabu dengan tarif serupa.
Untuk saat ini tersedia penginapan di rumah warga yang sederhana (homestay) dengan tarif terjangkau. Sebagaimana konsep ekowisata berbasis masyarakat, Kampung Merabu juga memberdayakan masyarakat agar terlibat dalam pengembangan ekowisata di luar pekerjaan utama.
Untuk kebutuhan listrik, terdapat instalasi panel surya di lahan seluas satu hektare yang terletak di selatan kampung. Jangkauan sinyal seluler dan internet terbatas. Namun, pemerintah kampung menyediakan akses Wi-Fi di kantor kepala kampung yang biasanya dinyalakan pada saat-saat tertentu.

Pilihan paket wisata Kampung Merabu
Berdasarkan informasi di Instagram resmi Kampung Merabu, tersedia sejumlah paket wisata dengan varian harga dan durasi perjalanan yang bisa kamu pilih.
Paket Wisata | Fasilitas | Harga |
1 Day Trip (Danau Nyadeng & Puncak Ketepu) | Perahu, life jacket, pemandu lokal | Rp440.000 (untuk 1–3 pax) |
2 Days 1 Night Trip (Danau Nyadeng & Puncak Ketepu) | Perahu, tenda, life jacket, pemandu lokal | Rp640.000 (untuk 1–3 pax) |
1 Day Trip (Gua Bloyot) | Headlamp, helm, pemandu lokal | Rp240.000 (untuk 1–3 pax) |
2 Days 1 Night Trip (Gua Bloyot) | Headlamp, helm, tenda, pemandu lokal | Rp440.000 (untuk 1–3 pax) |
2 Days 1 Night Trip(Gua Sedepan Bu) | Headlamp, helm, tenda, pemandu lokal | Rp345.000 (untuk 1–3 pax) |
Harga paket wisata tersebut bisa berubah tergantung kuota kelompok wisata, serta belum termasuk transportasi dari tempat asal ke Merabu (PP), lalu donasi konservasi Rp10.000 per orang (wisatawan domestik) dan Rp250.000 per orang (wisatawan mancanegara). Kampung Merabu juga membuka donasi untuk adopsi pohon sebagai upaya melestarikan hutan desa mereka.
Untuk permintaan tur khusus atau informasi paket wisata lebih lanjut kamu bisa menghubungi Bu Yervina melalui WhatsApp (+62-813-4593-9332).
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.