Joko Pinurbo pernah bilang, “Jogja terbuat dari rindu, pulang dan, angkringan.” Ucapan Pak Joko bak sihir yang menarik wisatawan untuk berkunjung (kembali) ke Jogja. Alasannya, karena banyaknya tempat wisata, tak ayal Jogja dijuluki sebagai “kota wisata”.
Biasanya, Malioboro jadi pilihan utama. Pilihan kedua dan ketiganya, tentu jatuh pada Kraton Jogja dan tugu pal putih alias tugu Jogja. Sebab, tempat-tempat tersebut merepresentasikan sisi romantis, berbudaya dan keberagaman di Yogyakarta.
Namun, tahukah Anda, masih banyak tempat wisata tersembunyi yang jarang diketahui orang?
Tempat itu adalah Pasar Senthir. Sebuah pasar yang tak biasa. Pasar ini menawarkan aneka barang bekas atau klithikan yang berasal dari berbagai penjuru dunia. Pasar Senthir berlokasi di dekat Taman Budaya Yogyakarta, hanya sepelemparan batu dari Pasar Beringharjo.
Pasar Senthir biasanya banyak dikunjungi oleh mahasiswa dan warga lokal. Mereka datang malam hari sekitar pukul enam sore—saat pasar mulai buka—dan pulang ketika pukul sepuluh malam ketika pedagang sudah mulai memberesi dagangnya.
Pasar ini menjual berbagai barang bekas yang masih berfungsi elok. Tak hanya beragam barang bekas, jika beruntung, pengunjung juga bisa menemukan barang bermerek dengan kualitas kelas dunia. Barang-barang unik yang tak terduga pun bisa didapatkan di sana. Berikut daftar barang yang bisa Anda cari di Pasar Senthir.
1. Buku dan Majalah Bekas
Jika kebanyakan pasar menjual hasil bumi, seperti sayur-mayur, di Senthir Anda tidak akan menemukannya. Anda malah lebih mudah menemukan penjual buku sejauh mata memandang.
Rata rata penjual di sini menjual buku di lapaknya sendiri. Buku-buku yang mereka jual adalah buku bekas yang masih terbilang bagus. Genrenya pun beragam, seperti sastra, komik, politik, hukum, buku pelajaran sampai sejarah kerajaan dan dunia. Salah satu novel bagus dan masih asli yang pernah saya temui di Pasar Senthir yaitu Sampar karya Albert Camus. Karena bekas, buku tersebut dihargai kurang dari Rp50.000.
2. Kamera Bekas
Di pasar ini, tidak semua kamera yang dijual sudah rusak atau tak layak pakai. Masih banyak barang, yang walaupun bekas, kualitasnya tetap teruji.
Kebanyakan kamera di sini bermerek Fujifilm. Kamera tersebut berjenis analog. Pemakaiannya menggunakan rol film yang harus dipasang terlebih dahulu sebelum mengambil gambar. Hasil jepretan dari kamera ini cukup bagus, efeknya mengingatkan dengan suasana foto tempo dulu. Tak terlalu mahal, harga dari kamera analog ini hanya berkisar kurang lebih 50.000–200.000 ribu rupiah.
Selain Fujifilm, kamera berjenis Sony keluaran lama pun banyak ditawarkan. Harga kamera digitalnya sekitar 500 ribu–1 juta rupiah. Saya sarankan, sebelum membelinya Anda bisa mengecek secara keseluruhan fitur dan tools dalam kamera tersebut. Setelah dirasa cocok, jangan ragu untuk menawar harga kepada penjual, Ini juga berlaku untuk membeli barang-barang yang lain.
3. Pakaian Bekas
Hampir segala jenis pakaian dan aksesoris bekas dijajakan di Pasar Senthir. Mulai dari pakaian untuk tubuh bagian atas, seperti baju, jaket, topi, kalung, sampai jam tangan. Kemudian jenis pakaian bagian bawah meliputi celana hingga sepatu.
Di Pasar Senthir, pakaian adalah barang paling dicari oleh para pengunjung. Hal ini dikarenakan pakaian, utamanya baju, celana, dan sepatu, biasanya berasal dari barang impor bermerek dunia macam Adidas atau Nike. Merek-merek tersebut banyak ditemui di lapak-lapak yang sudah disortir barangnya. Harga yang ditawarkan oleh penjual yang relatif berbeda-beda, tergantung merek, kualitas, serta kondisi barang tersebut. Untuk mendapatkan harga yang murah, kuncinya tetap sama: menawar.
Pedagang yang memiliki barang bagus tidak selalu berada pada lapak yang sudah disortir barangnya. Biasanya terdapat pula lapak yang baju dan celananya tanpa ditata, atau kadang pakaian bekas yang belum dicuci. Pembeli harus mencari sendiri pakaian yang ia inginkan dalam tumpukan pakaian sembari berebut dengan pembeli lain. Cara semacam ini dikenal dengan nama awul-awulan.
Setahu saya, nama awul-awul sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya berantakan. Kata awul-awul biasa saya dengar ketika baju di lemari yang semula sudah tertata rapi, berubah menjadi berantakan. Hal ini disebabkan karena saat mencari baju yang diinginkan, kita harus mengobrak-abrik semua baju yang ada di lemari. Lantas ibu saya memarahi saya menggunakan kata itu.
“Golek klambi siji wae ndadak diawul-awul kabeh (mencari baju satu aja harus dibuat berantakan semua [bajunya],” ujar ibu saya.
Jika di lapak yang sudah disortir harganya masih lumayan tinggi, di lawak awul-awulan ini tentu harganya jauh lebih murah. Kualitas barangnya menggambarkan harganya, tetapi tidak menutup kemungkinan terdapat harta karun dalam gunungan pakaian tersebut.
4. Arsip Foto, Kartu Pos, dan Mainan Anak
Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Pasar Senthir tanpa melihat koleksi foto yang dijual para pedagang. Koleksinya sangat beragam, tak hanya terbatas pada tema tertentu. Para pedagang mendapatkan foto-foto ini dari pedagang foto lain juga. Biasanya mereka mencari foto yang banyak disukai oleh pengunjung.
Di salah satu lapak saya menemukan kartu pos bergambar pesawat. Bagian belakangnya bertuliskan sebuah pesan yang bernada romantis. Kartu pos itu sepertinya milik sepasang kekasih yang sedang menjalani hubungan jarak jauh. Harga kartu pos tersebut Rp5.000.
Koleksi lain yang saya temukan adalah sebuah buku berisi arsip foto penjajahan di masa Jepang. Buku tersebut berisi foto-foto yang menunjukan kekejaman kolonial Jepang saat menduduki Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Terlihat salah satu foto masyarakat Hindia Belanda yang ditembak mati di jalan.
5. Piala Bekas
Umumnya pasar tradisional akan menjual berbagai macam bahan pangan atau sentra industri rumahan yang tentu saja baru. Namun, Pasar Senthir justru menghadirkan hal tak biasa. Sesuatu yang unik karena tak dapat ditemui di pasar pasar pada umumnya,
Contohnya, piala juara buatan tahun 1975 ini. Meski tak diketahui pasti apa fungsinya, tetapi barang tersebut masih layak guna untuk dijual.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.