Perjalanan Singkat di Pulau Merak Kecil

Ide perjalanan kami bermula dari sejumlah video Pulau Merak Kecil yang sering muncul di beranda media sosial kami. Video-video tersebut menayangkan warna air laut menyegarkan mata ditambah dengan pemandangan di sekitarnya yang beraneka macam. Saya dan seorang teman saya saling berkirim video itu, sebelum akhirnya kami mendapatkan tanggal yang cocok untuk pergi ke lokasi yang sudah lama viral di media sosial. 

Menurut informasi yang beredar di dalam video tersebut, setelah menempuh perjalanan KRL Jabodetabek dan dilanjutkan kereta api lokal tujuan Stasiun Merak, kami bisa menaiki angkutan umum untuk sampai tujuan. Dari Stasiun Merak kami berjalan hingga bertemu jalan raya untuk kemudian naik angkutan umum (sejenis angkot) berwarna merah. 

Saya tidak tahu pasti kode dan trayek angkotnya. Kami hanya mengikuti arahan dari video untuk bertanya langsung ke sopir angkot. Sebelum naik angkot, kami menyempatkan mampir ke minimarket untuk membeli bekal camilan sebagai “teman” menghabiskan waktu selama perjalanan.

Perjalanan Singkat di Pulau Merak Kecil
Perjalanan dengan angkot dari Stasiun Merak ke lokasi dermaga menuju Pulau Merak Kecil/Nita Chaerunisa

Menuju Pulau Merak Kecil

“Pak, mau ke Pulau Merak Kecil bisa?” tanya kami ke seorang sopir angkot berwarna merah. Kami hentikan lajunya dengan ayunan tangan dari pinggir jalan.

Setelah sopir mengiyakan, kami mulai masuk angkot. Saat itu di dalam angkot tidak ada penumpang lain. Rasanya seperti menyewa satu angkot hanya untuk kami berdua.

Saya cukup terkejut, karena saya kira akan menempuh perjalanan lama untuk tiba ke lokasi. Namun, belum sampai 15 menit angkot berjalan, sang sopir menginjak rem dan memberitahu bahwa kami sudah sampai. Angkot yang kami naiki berhenti tepat di depan sebuah gapura masuk menuju dermaga penyeberangan ke Pulau Merak Kecil, Mekarsari, Kota Cilegon. Tidak jauh dari Pelabuhan Merak, Banten, yang menghubungkan ujung barat Pulau Jawa dengan Lampung, Sumatra.

Dari gapura terlihat ramainya pengunjung dan kendaraan yang sedang pakir. Meskipun begitu saya tetap dapat melihat laut yang jaraknya kurang lebih 200 meter dari gapura. Terdapat beberapa perahu yang sedang berlabuh di tepiannya. Sepertinya tanpa harus menyeberang ke Pulau Merak Kecil, area pesisir Pantai Mabak di dekat gapura juga sudah dapat menjadi destinasi wisata karena banyak pengunjung yang asyik berkumpul di sini. 

Kami segera ke loket untuk membeli tiket penyeberangan ke Pulau Merak Kecil. Tarifnya sebesar Rp15.000 untuk sekali perjalanan pergi dan pulang. Usai mendapat tiket, kami langsung diarahkan di atas dermaga untuk mengantre giliran naik perahu.

Dalam satu perahu kecil—kira-kira seukuran perahu yang biasa digunakan nelayan—bisa memuat sekitar 6—10 orang. Jarak tempuh dari dermaga ke Pulau Merak Kecil hanya kurang dari lima menit saja. Dari tempat kami saja sudah terlihat pulau yang akan dikunjungi. Saya setuju dengan video yang beredar di media sosial, bahwa lokasi wisata ini benar-benar mudah dijangkau.

Menikmati Suasana Pulau di atas Selembar Tikar Sewaan

Waktu menunjukkan sekitar pukul 12.35 WIB setibanya kami di Pulau Merak Kecil. Saya juga membayar dua ribu rupiah untuk biaya kebersihan pulau kepada petugas yang berada di dermaga. Hal pertama yang saya dan kawan saya lakukan adalah bergegas mencari musala untuk salat Zuhur. 

Namun, ternyata ketersediaan air untuk wudu sedang menipis. Menurut keterangan petugas, air untuk wudu sedang diproses supaya bisa mengalir deras lagi. Akhirnya kami dan beberapa pengunjung lain memutuskan menggunakan sisa air yang tersedia, meski alirannya sangat kecil. 

Usai beribadah, tampak beberapa pengunjung tidak langsung beranjak pergi. Mereka  menggunakan musala di Pulau Merak Kecil untuk berteduh dari teriknya sinar matahari. Berbeda dengan kami, yang langsung mencari warung untuk memesan mi instan. Kami menikmati makanan yang kami pesan sambil duduk di pinggir pantai, di atas tikar yang kami sewa. Di sini memang banyak disediakan penyewaan tikar untuk pengunjung. Kami dapat memilih lokasi duduk sendiri.

Untuk warung-warung makanan dan minuman berada dalam satu area yang berdekatan. Makanan dan minuman yang dijual pun hampir semuanya serupa, seperti olahan mi instan, aneka nasi, makanan ringan, minuman kemasan, dan kelapa segar. Mungkin yang berbeda hanya ketersediaan stok. Jadi, pengunjung tinggal memilih warung mana yang bisa mengabulkan pesanannya. Adapun harga yang ditawarkan masih relatif normal seperti di tempat wisata pada umumnya. 

Makanan dan minuman yang dipesan juga bisa diantarkan langsung ke lokasi pengunjung duduk bersantai. Saat memesan di warung, pembeli langsung saja memberitahu kepada penjual tempat dia duduk, lalu tinggal menunggu pesanannya diantar. 

Bisa juga seperti kami, yang mengkonfirmasi dengan menelepon penjual karena saat memesan kami belum menemukan tempat yang pas untuk duduk. Meskipun luas pulau mungkin kurang lebih empat hektare, tetapi tidak sulit bagi para penjual untuk menemukan lokasi duduk para pembelinya. Tempat bersantai mayoritas pengunjung berada di tepian pantai.

Perjalanan Singkat di Pulau Merak Kecil
Banana boat dan feri yang berada di sekitar Pulau Merak Kecil/Nita Chaerunisa

Kami memilih menggelar tikar tidak jauh dari dermaga dan warung makan. Tepat berada di bawah rimbunan pohon. Dari atas tikar yang kami duduki, kami dapat menikmati suara deburan ombak kecil, melihat putihnya pasir putih, pemandangan bukit dan cerobong-cerobong asap industri di kejauhan.

Kami juga menyaksikan perahu-perahu kecil hilir mudik, tidak terkecuali feri dan kapal-kapal besar lainnya. Sesekali terdengar suara petugas memberikan informasi keamanan, menawarkan pengunjung keliling pulau dengan kapal hingga permainan air banana boat. Riuh dan lalu-lalang pengunjung menandakan kunjungan wisata hari itu lumayan ramai. Jelas saja, saat itu hari Minggu, waktu yang pas untuk berwisata.

Saya dan teman saya memutuskan tidak banyak berkegiatan di pulau. Kami hanya duduk santai menghabiskan waktu singkat yang kami miliki sembari menikmati camilan yang sudah kami beli sebelumnya di minimarket dekat stasiun dan camilan yang baru kami beli di pulau. Ketika ada penjual rujak tumbuk lewat di depan kami, saya pun membelinya. Rujak tumbuk yang pedas dan segar dimakan di tengah teriknya sinar matahari Pulau Merak Kecil, sungguh nikmat rasanya. 

Sekitar pukul 14.45 kami bangkit dari duduk untuk mengambil foto dan mengabadikan momen di sekitar pulau. Saat kami sedang memotret, beberapa kali kami diganggu oleh anak-anak kecil yang sedang main air di pinggir pantai. Mereka tampak iseng, tetapi tingkahnya lucu. Kami bukannya marah, melainkan polah anak-anak tersebut menjadi hiburan bagi kami. 

Memang pada saat itu mayoritas pengunjung yang bermain air laut adalah anak kecil dan beberapa orang dewasa yang menemani. Sisanya merupakan pengunjung yang hanya sibuk berswafoto. Mungkin karena cuaca masih cukup panas, lebih banyak pengunjung yang duduk di pinggiran pantai daripada bermain air. Rimbunnya pepohonan menjadi situasi yang pas bagi pengunjung. Menikmati pantai di siang hari sambil makan, bermain alat musik, atau sekadar bercengkerama bersama.

Perjalanan Singkat di Pulau Merak Kecil
Bendera merah putih di dermaga Pulau Merak Kecil/Nita Chaerunisa

Saatnya Pulang

Setelah dirasa cukup dengan foto-foto yang dapat diabadikan, kami langsung bergerak menuju dermaga Pulau Merak Kecil untuk pulang. Di atas dermaga yang terbuat dari kayu, dengan beberapa hiasan bendera merah putih di sekelilingnya, kami menunggu perahu yang akan menjemput kami kembali ke Mabak. Dermaga Pulau Merak Kecil tidak terlalu besar. Hanya bisa menampung beberapa orang di atasnya. Jadi, pengunjung harus bergantian dan tertib antre supaya bisa naik ke perahu.

Perahu yang mengantar kami untuk kembali ke Mekarsari sama seperti saat berangkat. Begitu pun jalur pulang, melewati perahu-perahu nelayan yang sedang bersandar. Kami juga melihat beberapa pengunjung yang sedang asyik naik banana boat. Sejumlah kapal feri yang berlayar melaju tak jauh dari perahu kami.

Sesampainya di dermaga Pantai Mabak, kami langsung mencari angkot yang bisa mengantar kami kembali ke Stasiun Merak. Untung saja kami memperhitungkan waktu dengan baik.

Ketika tiba di Stasiun Merak, kami salat Asar terlebih dahulu baru masuk stasiun. Waktunya pas sekali dengan suara pemberitahuan dari petugas bahwa kereta lokal yang tersedia sudah bersiap untuk berangkat. Kami pun langsung naik dan mencari kursi untuk duduk. Meskipun perjalanan kami di Pulau Merak Kecil cukup singkat, tetapi bagi saya mampu menghilangkan sejenak rasa penat dari hiruk piruk Kota Jakarta. 

Bagi warga Jakarta dan sekitarnya yang ingin pergi ke Pulau Merak Kecil dengan kereta api, saya sarankan berangkat menggunakan jadwal kereta paling pagi dan pulang dengan kereta terakhir. Tujuannya agar bisa lebih lama menghabiskan waktu di Pulau Merak Kecil. Jika tidak ingin merasa lelah setelah berwisata, pengunjung bisa mencari penginapan di sekitar Merak.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Nita Chaerunisa

Perempuan Jakarta yang tertarik dengan keindahan alam, budaya, dan cerita masyarakat Indonesia.

Leave a Comment