ItineraryTravelog

Pantai Jetis, Destinasi “Healing” Ekonomis di Purworejo

Purworejo, salah satu kota yang sering dijuluki “Kota Pensiun”. Terlihat sepi, didominasi penduduk usia senja, dan hanya tersedia tempat hiburan itu-itu saja.

Secara geografis letak Kabupaten Purworejo diapit kota-kota besar dengan tawaran wisata menarik, yang menjadi magnet bagi turis domestik atau asing untuk dijadikan satu rute perjalanan wisata. Apalagi kehadiran Yogyakarta International Airport yang terletak di perbatasan Kulon Progo dan Purworejo lebih memudahkan orang untuk singgah menikmati keunikan Purworejo. Pasti banyak yang mendapat keuntungan jika wisata di Purworejo menjadi ramai dan terkenal. Orang Purworejo tidak harus jauh-jauh mencari tempat “healing”. 

Bahasa “healing” awalnya digunakan untuk merepresentasikan proses penyembuhan. Hari ini, maknanya melebar dan seolah disamakan dengan makna refreshing. Kedua istilah itu digunakan secara bergantian tanpa memedulikan maknanya. Di media sosial, seperti Facebook, Instagram, Whatsapp, kedua istilah tersebut sangat mudah dijumpai. Ketika berada di toko, supermarket, hotel, pantai, atau gunung,  kata “refreshing” dan/atau kata “healing” selalu digunakan. (Feka et al., 2023).

Pelebaran makna ini menjadikan orientasi dan pemaknaannya justru dipersulit. Kegiatan ini lebih banyak dicari ke tempat-tempat yang jauh, membutuhkan biaya, dan jadi ajang bersenang-senang yang semu. Menurut Asosiasi Psikologi Amerika (APA), healing merupakan “proses untuk meringankan beban mental melalui kekuatan pikiran” yang diperlukan saat pikiran dan tubuh dalam keadaan lelah.

Sejak healing menjadi tren, istilah healing seakan diidentikkan dengan liburan. Padahal menurut psikolog Haniyah Ipmawati, tak semua kegiatan liburan bisa disebut healing. Yang perlu ditekankan dalam proses healing adalah adanya proses penyembuhan diri. Jika liburan jadi sarana untuk menyembuhkan diri, maka ini baru bisa disebut healing. Sekarang ini banyak orang yang berlibur, shopping dengan boros, atau nongkrong di kafe mewah yang berkedok healing. Sebenarnya healing dapat dilakukan tanpa mengeluarkan biaya dengan berbagai macam teknik, seperti relaksasi, menulis, mindfulness, positive self-talk, manajemen diri, membaca Alquran, dan lain-lain. (Halijah dalam Mutohharoh, 2022:74). 

Saya pikir kegiatan healing jangan diasumsikan dengan kegiatan jalan-jalan yang mahal, mendapat spot foto yang estetis dan bisa jadi bahan pamer di platform media sosial. Healing bisa dimaknai sebagai sebuah rutinitas yang dapat mengembalikan energi positif setelah kepenatan dalam rutinitas kerja dan belajar. 

Healing Ekonomis ke Pantai Jetis

Pantai Jetis merupakan pantai pasir hitam yang terletak di Desa Patutrejo, Kecamatan Grabag, Purworejo. Pantai yang sangat ramai di musim lebaran ini sangat mudah ditemukan. Akses utama menuju Pantai Jetis melewati perempatan penghubung jalan provinsi dan jalan alternatif.

Pengunjung Pantai Jetis kebanyakan menggunakan kendaraan plat B (Jakarta dan sekitarnya). Adapun masyarakat sekitar biasa memanfaatkan pantai ini untuk beberapa kegiatan, antara lain senam bersama komunitas desa, berenang di wahana kolam renang, dan menikmati jajanan ringan.

Tiket masuk wisata Pantai Jetis sangat terjangkau. Untuk hari biasa, setiap orang hanya perlu merogoh tiga ribu rupiah dengan biaya parkir motor Rp3.000 dan mobil Rp6.000. Saat akhir pekan atau musim liburan, harga tiket naik seribu-dua ribu rupiah dari harga normal.

Orang Purworejo, khususnya yang tinggal dekat pesisir, jalan-jalan ke Pantai Jetis bisa jadi kegiatan rutin yang menyegarkan karena memberi ketenangan. Tempat yang pas dan ekonomis untuk healing rutin dari penatnya bekerja, suntuknya belajar, stres, dan perawatan untuk geriatri. Beberapa kegiatan rutin berikut ini bisa dimanfaatkan dan mudah diakses semua kalangan. 

Pantai Jetis, Destinasi “Healing” Ekonomis di Purworejo
Tempat terapi garam/Annisa Yulia Rianti

1. Terapi Garam

Di Pantai Jetis terdapat tempat khusus terapi garam. Awalnya tempat ini tidak ramai. Namun, karena pengelolaan diperbaiki, banyak orang-orang yang merasakan manfaat terapi garam.

Penjaga sekaligus pemilik selalu memberikan arahan sebelum melakukan terapi, dan tidak mengklaim bahwa terapi tersebut sangat memberikan efek penyembuhan. Ia menyerahkan kepada pengunjung untuk merasakan sendiri manfaatnya apabila dilakukan dengan konsisten dan prosedur yang benar. Terapi garam tidak dipungut biaya, tetapi silakan menyiapkan uang untuk dana perawatan di kotak yang sudah tersedia.

Saya dua kali mencoba terapi garam. Ruang terapi buka pukul delapan pagi sampai dua siang. Kata orang, seperti masuk sauna. Saya sendiri belum pernah mencoba sauna. Terapi garam dilakukan di dalam tunnel pembuatan garam. Saya diminta masuk selama lima belas menit berjalan-jalan, menggosokkan garam ke tangan dan kaki, menaikkan kaki perlahan-lahan sambil bernapas dengan tenang menggunakan hidung, lalu sebaliknya bernapas menggunakan mulut. Setelah lima belas menit atau sudah sangat berkeringat, saya diingatkan agar keluar untuk minum air putih sembari menunggu garam menyerap ke pori-pori kulit. Setelah beristirahat, ulangi kegiatan seperti tadi.

2. Mandi Sinar Matahari

Ketika bangun pagi di hari libur cobalah sesekali ke Pantai Jetis. Di buku-buku pelajaran sekolah dasar matahari sering disebut sumber energi utama. Sebutan ini cocok dan manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh tumbuhan, tetapi juga manusia. Beberapa tahun lalu saat Indonesia dilanda pandemi COVID-19, kegiatan berjemur adalah saran yang sering disebutkan. Matahari pagi menyegarkan dan tidak terlalu terik

3. Jogging Pagi

Di kota besar, kesadaran berolahraga sudah mulai meningkat. Mereka selalu memanfaatkan fasilitas umum untuk tempat jogging rutin. Bagi orang Purworejo yang merasa bosan jogging di alun-alun atau gedung olahraga, jogging di sekitar pantai bisa coba dilakukan. Kelebihannya adalah tempat yang luas, sepi, rute tidak biasa dan penuh tantangan, serta udara pantai yang nikmat.  

4. Grounding Pasir Pantai

Sebut saja nyeker. Bagi orang desa, nyeker merupakan hal biasa. Cobalah sesekali berpindah merasakan grounding di pasir pantai.

Menurut Oschman et al (2015), grounding atau earthing adalah salah satu cara menyelaraskan tubuh dengan alam. Berjalan tanpa alas kaki di rumput, pasir, ataupun tanah dapat membantu mengurangi tingkat stres dalam tubuh dan menstabilkan kembali detak jantung. Air laut kaya akan magnesium dan mineral penting yang dibutuhkan tubuh. Manfaatnya dapat meregulasi sistem saraf dan otot, relaksasi, regulasi gula darah, dan memperbaiki kualitas tidur.

5. Menghirup Udara Pantai Baik untuk Pernapasan

Udara laut mengandung mineral lain, seperti sodium, iodin, potassium (kalium), klorida, dan sulfur. Di Australia pernah dilakukan penelitian pada pasien fibrosis kistik. Selama 48 minggu terpapar udara laut membantu membersihkan paru-paru mereka. Pasien menjadi jarang kambuh dan kebutuhan terhadap antibiotik menjadi lebih sedikit. Pada abad ke-18, para dokter meresepkan kunjungan ke pantai untuk pasien yang mengalami gangguan pernapasan.


Referensi:

Feka, V. P., Lawa, S. T. M. N., & Nama, D. Y., Nama Darius Y. (2023). Merunut Makna Kata “Refreshing” dan “Healing”: Kajian Sosiolinguistik. HINEF: Jurnal Rumpun Ilmu Pendidikan, Vol. 2 No. 2, 2003, hal. 82-92. https://doi.org/10.37792/hinef.v2i2.1016. Diakses pada 30 Juni 2024.
Halijah, N. (2023). Tren Healing di Instagram: Penyembuhan Kekinian di Kalangan Mahasiswa. Emik, 6(2), 234-252. https://doi.org/10.46918/emik.v6i2.2091. Diakses pada 30 Juni 2024.
Oschman J. L., Chevalier G., Brown R. (2015). The effects of grounding (earthing) on inflammation, the immune response, wound healing, and prevention and treatment of chronic inflammatory and autoimmune diseases. Journal of Inflammation Research. 2015 Mar 24;8:83-96. doi: 10.2147/JIR.S69656. PMID: 25848315; PMCID: PMC4378297. Diakses pada 30 Juni 2024

Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Annisa Yulia Rianti

Nisay, tinggal di desa, suka jalan santai dan bercerita

Nisay, tinggal di desa, suka jalan santai dan bercerita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Menengok Mahakarya Thomas Karsten di Kawasan Idjen Boulevard