Itu bukan robot Transformers! Dia tak akan berubah menjadi supercar ketika musuh datang. Empat kakinya terbuat dari baja, menopang kepalanya yang besar. Warga mengenalnya: Menara Air Prujakan.
Tampilannya memang mencolok. Ada di lajur satu arah Jalan Prujakan. Tepatnya di RW 07 Gudang Air, Kelurahan Pekalangan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Menara air tersebut dibangun Belanda tahun 1937. Berfungsi menyuplai air bagi kereta api yang berhenti di Stasiun Cirebon Prujakan serta kebutuhan penduduk sekitar.
Saya melihat dari dekat dan masuk ke area menara air, Minggu (15/6/25). Plang penanda Menara Air Prujakan termasuk benda cagar budaya, ada di sisi pagar—terhalang bunga bougenville. Persis di muka gapura RW 07.
Warga setempat mungkin sudah biasa lalu-lalang melintasi menara air. Tapi bagi pencinta peninggalan masa kolonial (heritage), Menara Air Prujakan tak ubah permata nan berharga. Benda yang menjadi saksi sejarah tersalurkannya air bersih dari mata air di Desa Paniis, Kabupaten Kuningan, ke pesisir Cirebon.


Petir Menyambar, Warga Ketakutan
Penuturan Sopyan Al Azhar (56) yang mendiami rumah kontrol Menara Air Prujakan, semenjak zaman penjajahan air mengalir tanpa bantuan alat sedot. “Mengandalkan gaya gravitasi. Air turun hingga tertampung di menara air ini,” kata pensiunan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Giri Nata selaku pemilik Menara Air Prujakan.
Sopyan menghuni rumah kayu bercat biru sejak 2010, bersama istri dan kelima anak. Suka-duka ia lalui selama tinggal di bawah tandon air raksasa yang mampu menampung hingga 875 meter kubik air (8.000 liter). Selepas purnatugas, dia diharuskan pindah. Namun, hingga bertemu penulis, kakek satu cucu itu belum tahu akan ke mana.
Kesaksian Ketua RW 07, Aris Setiadi (53), sejauh ini baru Sopyan yang paling lama mendiami rumah kontrol menara air. Bukan tanpa alasan, penghuni sebelumnya tak sampai lima tahun angkat kaki. Paling menakutkan adalah efek sambaran petir yang kerap meledakkan perangkat elektronik di dalam rumah.
“Pak Sopyan termasuk sangat berani, betah di rumah kontrol,” ujarnya.
Sopyan sendiri mengaku sudah habis tiga televisi, akibat petir yang menjilat bagian atas menara air, berpengaruh ke hunian di bawahnya. “Tiga TV saya hangus, meledak kena petir. Termasuk itu jebol,” tunjuk Sopyan ke arah plafon.
Aris dan Sopyan sudah mengadu perihal penangkal petir menara air yang rusak ke Perumda Tirta Giri Nata (dulunya PDAM Kota Cirebon). “Kabel tembaga yang berfungsi menyalurkan ribuan watt setrum petir ke bawah tanah, raib. Fatal sekali itu! Petir bisa menghantam apa yang ada di sekitar menara,” tutur Aris cemas.
Sopyan berharap pemerintah daerah mau turun tangan. Jangan menunggu ada korban jiwa, baru bertindak. Satu setengah dasawarsa mendiami rumah kontrol, dia paham tabiat petir menerjang menara air. “Pokoknya kalau hujan deras, saya segera matikan aliran listrik di rumah,” bebernya seraya menyebut sang istri mengalami trauma akibat serangan petir.



Dari kiri ke kanan: Rumah kontrol kerap terimbas petir yang menyambar menara air, plafon jebol akibat petir, dan tangga menuju puncak menara/Mochamad Rona Anggie
Ternak Ayam dan Bebek
Pengukuhan Menara Air Prujakan sebagai benda cagar budaya lewat Undang-Undang No. 11 Tahun 2010, bakal mengundang wisatawan pengagum segala warisan zaman penjajahan. Uniknya kalau turis datang sekarang, selain bisa menyentuh batang baja penyangga tangki air raksasa berketinggian 25,64 meter, juga dapat melihat bebek, angsa, dan ayam peliharaan Sopyan yang kebersihan kandangnya terjaga.
Unggas dan anaknya hidup tenang di bawah rindang pohon mangga. Sopyan yang suka mengajak keluarganya pelesir ke sumber air Paniis, memanfaatkan setengah luas lahan menara air untuk beternak.
Aris menjelaskan, ada dua bangunan terhubung dengan menara air. Satu rumah kontrol yang biasa ditinggali, lainnya rumah pipa-pipa. “Saya perkirakan Menara Air Prujakan ada di atas tanah satu hektare lebih,” sahutnya.
Pekan lalu, lanjut dia, perwakilan RW 07 menemui pihak Perumda Tirta Giri Nata untuk minta atensi pembersihan semak belukar di area rumah pipa (belakang rumah kontrol yang dihuni Sopyan). Perusahaan merespons positif, menggerakkan masyarakat untuk kerja bakti.
“Warga gotong-royong, sayang predikat cagar budaya kalau terlihat kumuh,” ujar penggemar rokok kretek itu.
Bahaya Piring Penutup Lepas
Kengerian lain mengintai warga seputar Menara Air Prujakan. Piring penutup tangki berdiameter 14,80 meter, kini hanya ditopang satu tiang. Kalau kita naik ke atas, terang Aris, akan sampai di bagian dalam tandon air. Piring plat baja yang menaungi tanki, disangga sebuah besi tua yang sudah keropos. “Kami khawatir besi itu patah, pas angin besar piring penutup melayang menimpa perkampungan,” ungkap Aris waswas.
Sedangkan kondisi kaki-kaki menara, kata Sopyan, sepanjang 88 tahun berdiri masih kokoh, hanya bagian tangki yang mulai tergerus usia. “Terkadang ada serpihan jatuh dari atas,” sebutnya.
Tahun 1980 dan 1990, Menara Air Prujakan sempat diaktifkan kembali. Namun, tidak lama. Pertimbangan strategis mengharuskannya berhenti beroperasi selamanya. Apalagi tahun 1961, Pemkot Cirebon telah membangun menara air baru di area kantor PDAM, Jalan Tuparev. Sekaligus menjadi ikon selamat datang memasuki wilayah Kota Cirebon.
Sudah selayaknya Menara Air Prujakan terus mendapat perawatan. Selain sebagai aset penting bernilai sejarah, status cagar budaya yang melekat bisa dioptimalkan menjadi destinasi wisata. Melengkapi peninggalan menara air lainnya di tanah air. Semisal yang tertua Menara Air Tirtanadi Medan (1905), Randu Pangger Probolinggo (1927), Menara Air Tegal (1931), dan Tanjung Jember (1932).


Menanti Rekomendasi Peremajaan
Dihubungi terpisah, Kepala Seksi (Kasi) Pengelolaan Aset Perumda Tirta Giri Nata, Nurdin membeberkan saat ini tengah menanti rekomendasi peremajaan Menara Air Prujakan. Status cagar budaya membuat siapa saja tak bisa seenaknya melakukan aktivitas skala besar di sana.
“Ada tim pelestari cagar budaya tingkat kota, provinsi hingga pusat. Kami intens berkoordinasi agar jangan salah langkah,” ucapnya.
Soal penangkal petir yang sekarang tidak berfungsi, Nurdin akan minta arahan tim pelestari cagar budaya, baru menindaklanjuti. “Kami memahami kerisauan warga,” ujarnya.
Senada disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya, tak boleh sembarangan merevitalisasi sebuah cagar budaya, termasuk pengecatan. “Jangan sampai mengubah wajah aslinya. Ini poin penting perlindungan sebuah cagar budaya,” tuturnya.
Agus menyebutkan, selama ini melakukan pengawasan dan perawatan berkala Menara Air Prujakan. Terkait event wisata untuk memancing animo pelancong, Disbudpar membuka diri berkolaborasi dengan pihak lain. “Tugas bersama menjaga kelestarian cagar budaya,” pungkasnya.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.