Pelbagai kegiatan dilakukan menyongsong program Rinjani Zero Waste. Lintas komunitas berpartisipasi mendukung Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) mengurangi potensi sampah di jalur pendakian.
Ada tiga aktivitas bersih gunung sebelum penerapan Rinjani Zero Waste per 1 April 2025. Pertama, Tapak Rinjani yang diinisiasi Mahasiswa Pencinta Alam Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Mataram (Mapala FE Unram). Kegiatan tahunan yang dilaksanakan 14–19 Agustus 2024 itu melibatkan mapala se-Indonesia dengan mengangkat spirit: Proud be zero waste trekker.
Kedua, Rinjani Meriri (20–22 Desember 2024) yang rutin diadakan oleh TNGR jelang penutupan jalur pendakian di setiap akhir tahun. Diikuti 85 peserta dari kalangan relawan, kader konservasi, trekking organizer, pemandu dan porter, serta Forum Wisata Lingkar Rinjani.
“Meriri merupakan bahasa Sasak, artinya memperbaiki,” kata petugas penanggung jawab penanganan sampah TNGR, Gusti Ketut Suarta, Rabu (5/3/25).
Melalui Rinjani Meriri diharapkan pemulihan ekosistem di Gunung Rinjani bisa berlangsung selama aktivitas pendakian dihentikan sementara. “Kita beri kesempatan ekosistem Rinjani secara alamiah memperbaiki dirinya sendiri,” tutur Gusti yang juga seorang Polisi Kehutanan (Polhut).
Ketiga, Clean Up Rinjani pada 26–28 Februari 2025, memperingati Hari Bakti Rimbawan dan Hari Peduli Sampah. Ada 102 orang dari 24 tim ambil bagian dalam kegiatan ini, meliputi komunitas pecinta alam, Asosiasi Pemandu Geowisata Indonesia (PGWI), unit SAR Lombok Timur, Pandawara Group, dan Arei Outdoor Gear.


Kiri: Komunitas pecinta alam, relawan, dan aktivis lingkungan Pandawara Group bergerak menuju Plawangan Sembalun sambil membawa trash bag. Kanan: Kompak mencari sampah hingga ke semak-semak/dokumentasi Arei Outdoor Gear
Semua kegiatan tersebut mampu membawa turun sampah di sepanjang jalur pendakian sebanyak 907,1 kg. Rinjani Meriri mengumpulkan 483 kg, Clean Up Rinjani 237,1 kg dan Tapak Rinjani 187 kg. Titik potensi sampah paling banyak berada di area camp Plawangan Sembalun dan Danau Segara Anak.
Di luar itu, kata Gusti, ada enam mahasiswa aktivis lingkungan yang berkontribusi memunguti sampah di Pos 2 Sembalun, akhir tahun lalu. Awalnya mereka mau menyisir Plawangan, tetapi Gusti menyarankan di camp area Pos 2 saja. “Sepekan mereka mengumpulkan sampah sebanyak 200 kg. Dapat banyak itu,” ujarnya salut.
Kepala Resor Sembalun TNGR Taufikkurahman menambahkan, kepedulian banyak pihak pada kebersihan Gunung Rinjani mampu menghilangkan ceceran sampah yang tampak di depan mata. “Paling menyisakan lima persen, sulit terjangkau di tepi jurang. Kalau yang di permukaan, kami pastikan sudah steril,” ucapnya.
Lelaki yang akrab disapa Opik itu menjelaskan alasan penerapan Rinjani Zero Waste baru dimulai 2025. Sebab, menanti kesiapan sumber daya manusia TNGR yang sebelumnya fokus pada program booking online kunjungan ke kawasan TNGR. “Ini langkah besar bersama. Kami ingin pengunjung nyaman sekaligus menjaga kelestarian lingkungan,” tutur pemilik Rinjani Guest House tersebut.


Bagaimana dengan Human Waste?
Pendaki mana sih yang enggak mau ke Rinjani? Saya sendiri—yang naik gunung sejak 2001—baru 23 tahun kemudian menginjakkan kaki di Senaru, Sembalun, dan Torean; tiga gerbang masuk menuju puncak 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Ketiga jalur itu berkesan. Senaru yang medannya galak ke betis, relatif lebih bersih ketimbang Sembalun. Jalurnya teduh, sepi dan hening menembus lebatnya hutan hujan tropis. Jalur ini berujung di Plawangan Senaru, sebelum turun ke Segara Anak.
Sembalun kebalikannya: berjalan di area terbuka melintasi sabana mahaluas. Panasnya top. Ramainya bukan main. Pendaki domestik, bule, dan Asia tumplek-blek. Potensi sampah di jalur ini paling tinggi. Tersebar di Plawangan 1–4, tempat berkemah pendaki sebelum dini hari menuju puncak.
Pada pendakian 1–4 Juni 2024, saya bermalam di Plawangan 2. Pagi harinya selepas muncak, pemandangan Segara Anak di sebelah barat begitu memesona. Berbanding terbalik saat melihat sisi timur (belakang tenda), sampah berserakan di tanah berkontur miring yang berujung jurang. Didominasi sampah bungkus makanan, botol air mineral, dan sobekan tisu bekas pendaki buang hajat.


Sampah-sampah berserakan di Plawangan Sembalun (kiri) dan Segara Anak saat pendakian Juni 2024/Mochamad Rona Anggie
Sedih menyaksikannya. Sungguh ironi, Rinjani yang kesohor dengan keindahan alamnya, ternyata dipenuhi sampah. Begitu pula saat meneruskan perjalanan ke Segara Anak. Melewati jalur curam berbatu yang membuat ngilu dengkul, ceceran sampah nyata depan mata. Besar kemungkinan itu sampah dari Plawangan yang diterbangkan angin. Tidak sedikit jumlahnya, tapi banyak! Para pendaki kecewa dan prihatin.
“Enggak nyangka Rinjani banyak sampahnya,” komentar mereka.
Cerita sampah berlanjut ke camp area Segara Anak. Sisa makanan pendaki mudah ditemui di pinggir danau, juga di dasar sungai sebelah danau. Limbah mi instan dan nasi yang tak habis, tampak jelas dari permukaan air. Tak nyaman menatapnya. Tambah miris, karena jeroan ikan hasil memancing pendaki, bergeletakan di tanah. Menimbulkan bau amis. Seharusnya bagian ikan yang tidak dikonsumsi itu dikubur.
Ada-ada saja, batin saya. Danaunya indah, ikonis dengan Gunung Barujari di tengahnya, tapi sampahnya di mana-mana. Nah, giliran saya mau buang hajat, lucu lagi. Pengalaman mendaki gunung-gunung di Jawa, rasanya mudah saja mencari pojokan untuk “bongkar muatan”. Namun, di sekitar Segara Anak, lain cerita.

Saya bergegas menuju sebuah semak yang jauh dari pantauan orang. Tak disangka, di situ sudah berderet kotoran manusia. Larilah saya ke sudut lain di bawah pohon besar—saya bayangkan bisa leluasa menunaikan hajat. Sampai di sana, astaga! Tampak tumpukan “warisan” pendaki sebelumnya mulai mengering dan dikerubuti lalat. Tak kuasa pindah tempat lagi—karena sudah di ujung tanduk—terpaksa saya melepasnya di antara “penghuni” lama. Sambil tangan mengibas-ngibas agar lalat menjauh.
Sebenarnya di belakang warung penduduk lokal yang berjualan dekat danau, ada bangunan toilet. Namun, sudah lama tidak terpakai. Rusak dan terbengkalai. Gusti menerangkan pihaknya akan meratakan toilet lawas itu. Sekarang TNGR bersama Arei Outdoor Gear tengah menyiapkan toilet kering dua pintu di sana. Termasuk di camp area Plawangan 1 dekat selter darurat. Tujuannya meminimalisasi pendaki buang air besar dan kecil sembarangan. “Sarana memang masih terbatas, tapi kami upayakan ada,” ucapnya.
Perwakilan Arei Outdoor Gear, Fingki Syaputra menjelaskan, toilet kering yang mereka bangun di camp area Plawangan dan danau Segara Anak diberi nama Sani Cycle. Pihaknya bareng Tyo Survival merancang Sani Cycle dengan konsep ramah lingkungan. Penerangan malam hari memakai solar panel. Siangnya memanfaatkan cahaya matahari.


Pendaki Wajib Pakai Wadah Guna Ulang
Kepala Balai TNGR Yarman mengungkapkan, program bebas sampah di Gunung Rinjani sudah mendesak diberlakukan. Menurutnya, ini kebutuhan semua pihak: TNGR sebagai pengelola, para pengunjung, dan alam Gunung Rinjani itu sendiri.
Peluncuran Go Rinjani Zero Waste, lanjut dia, sudah melalui proses panjang. Mulai pertemuan dengan pemerintah daerah (Pemkab Lombok Timur dan Pemprov NTB), masyarakat sekitar, pegiat alam terbuka, para porter serta pemandu. “Semua mitra kami ajak duduk bersama, merealisasikan pendakian Rinjani yang indah, bersih, dan nyaman,” katanya kepada penulis, Jumat (7/3/25).
Yarman menyebutkan sosialisasi program Rinjani nol sampah yang bakal diterapkan mulai 1 April 2025, juga sudah dilakukan jauh hari. Akun resmi @btn_gn_rinjani telah mengumumkan pendaki wajib memakai wadah makanan guna ulang (bukan sekali pakai), untuk menyimpan logistik pendakian. Setop membawa kemasan makanan dan minuman berbahan plastik, kaleng, styrofoam, botol kaca, dan tisu basah. “Go Rinjani Zero Waste menekankan penggunaan wadah reuse dan refill,” tegas mantan Kepala Balai Taman Nasional Wasur, Merauke.

Persoalan sampah di Rinjani, sambung Yarman, memang tak bisa diselesaikan lingkup TNGR saja. Termasuk ketika sampah hasil kegiatan bersih gunung berhasil dibawa turun. Perlu penanganan dari Pemkab Lombok Timur untuk diangkut ke pembuangan akhir. Kepedulian semua pihak akan membuat wajah Indonesia terhormat di mata internasional.
“Kita tahu banyak pendaki mancanegara di Rinjani. Kalau gunungnya bersih, citra Indonesia akan positif. Sesuai dengan misi ‘Pendakian Kelas Dunia Berkelanjutan’ yang kami canangkan,” papar Yarman.
Soal penyediaan toilet permanen di camp area Segara Anak yang juga urgen, Yarman tak sungkan menyatakan butuh sokongan dan kepedulian pihak lain. “Jujur saja anggaran kami terbatas. Kami membuka diri kalau memang ada yang mau berpartisipasi,” tandas lelaki asli Sungai Penuh, Jambi, menutup perbincangan.
Foto sampul: Gotong royong berburu sampah dalam kegiatan Clean Up Rinjani 26-28 Februari 2025/dokumentasi Arei Outdoor Gear
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
1 komentar
Dukung rinjani zero waste