PHOTO ESSAY

Keterasingan

Manusia selalu haus akan makna keberadaannya. Sedang dunia yang ditinggalinya adalah ruang bisu yang tak pernah menjawab keresahan itu. Hingga relasi absurd ini menyeret sosok hilang arah itu pada keterasingan.

Oleh: Dimas Candra Wardana


Keterasingan
Di tengah keramaian, ia berdiri seperti benda asing, berhadapan dengan dunia yang sibuk sendiri. Ia menatapnya, sedang dunia membalas dengan diam.
Keterasingan
Setiap jawaban yang ia cari disajikan dalam bentuk kepalsuan yang rapi. Warna-warni yang seolah hidup, padahal hampa.
Keterasingan
Hari berikutnya ia menemukan dirinya terkurung, bukan oleh jeruji, melainkan oleh pikirannya sendiri yang tak berhenti menggema.
Keterasingan
Batas-batas itu mengeras. Prinsip-prinsip yang dulu melindungi kini menjelma pagar yang menolaknya melangkah ke mana pun.
Keterasingan
Ia mendongak, berharap cahaya membelah kekosongan. Namun, langit hanya menyisakan jejak samar yang tak lagi memandu.
Keterasingan
Ke mana pun ia bergerak, mata-mata tak terlihat menempel padanya. Ia tak merasa diperhatikan, hanya dicurigai.
Keterasingan
Dalam pencariannya, ia memasuki lorong yang menjanjikan keluasan. Nyatanya hanya gelap memanjang, menelan suara dan waktu.
Keterasingan
Pada akhirnya ia tiba di tempat yang seharusnya memberinya alasan untuk kembali. Namun, rumah itu dingin, asing, dan menolaknya untuk merasa pulang.

Cerita foto ini merupakan hasil karya peserta lokakarya dan tur fotografi “Mengasah Jelinya Mata dan Pekanya Rasa dalam Bercerita” bersama Anggertimur (Creative Storyteller) dalam rangkaian Pameran Ekspedisi Arah Singgah: Makan Key Almig di Kota Yogyakarta, 8 November 2025.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Dimas Candra Wardana

Mas-mas biasa.

Dimas Candra Wardana

Dimas Candra Wardana

Mas-mas biasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Jejak Harapan Keluarga