Gemah-Ripah di Tanah Wingit Juwetrejo (2)

Saya tak mengira, sejak 2021 kebun di rumah telah menjelma sebagaimana di bawah asuhan Dewi Circe, seorang dukun Aiaia dan putri Dewa Helios yang memilih berkebun dalam pengasingan daripada kembali ke kahyangan. Dalam legenda Yunani, Circe adalah seorang dewi keturunan Helios (dalam jajaran dewa tertinggi) dan Perse (seorang siluman). Circe adalah nymph atau siluman yang kemudian diusir dari kahyangan ke lokasi terpencil. Di tempat inilah Circe kemudian berkebun. 

Sejauh ini, kebun Bu Jamik telah menumbuhkan sembilan jenis tanaman sayuran, yaitu kacang panjang, belimbing wuluh, terong, kol, labu siam, turi merah yang mulai langka, labu biasa, kelor, dan sawi. Ada pula 19 jenis buah yang namanya aneh bukan main juga tumbuh di sana. Sebut saja kelengkeng durian, kelengkeng matalada, kelengkeng kristal, avokad aligator, avokad miki, sawo jumbo, anggur jupiter, anggur ninel, anggur akademik, anggur everest, anggur transfigurasi. Lalu melon biasa, melon golden alisha, markisa jumbo, stroberi, arbei, belimbing, delima, lemon, dan aneka varietas mangga. Menyebutkan semuanya saja bikin terengah-engah.

Belum lagi tanaman bunga, baik untuk melawat maupun berobat. Ada sekitar sepuluh tanaman yang tersebar di kebun, antara lain aglaonema, sakura, anggrek moth, sukulen echeveria, telang, bunga sepatu, kenanga, melati, mawar de Rescht, dan rosela. Jangan lupakan pula tanaman apotek hidup, seperti kunyit, sirih, daun salam, jahe, kucai, bawang dayak, hingga daun ginseng.

Kalau sudah begini, siapa pernah mengira kebun  ini adalah “alun-alunnya” para demit?

  • Gemah-Ripah di Tanah Wingit Juwetrejo
  • Gemah-Ripah di Tanah Wingit Juwetrejo
  • Gemah-Ripah di Tanah Wingit Juwetrejo
  • Gemah-Ripah di Tanah Wingit Juwetrejo
  • Gemah-Ripah di Tanah Wingit Juwetrejo
  • Gemah-Ripah di Tanah Wingit Juwetrejo

Perjuangan Menumbuhkan Kesuburan Tanah Wingit

Tanah wingit ini mencapai puncak kesuburannya pada 2023 dan awal 2024. Anggur transfigurasi berbuah lebih dari 40 dompol, anggur ninel terus membuahkan lebih dari 30 dompol sebanyak dua kali dalam satu tahun, dan anggur akademik bisa mencapai tak kurang dari 20 dompol. Hampir satu RT pernah dapat markisa jumbo milik ibu saya, karena sekali panen pohon ini bisa menghasilkan puluhan buah. 

Itu bukan berarti bahwa tanah wingit ini memang subur dari sono-nya. Di awal-awal masa pembabatan pada akhir 2019, tanah di area ini merah. Terik matahari terblokir dinding rumah sehingga potensi mendapatkan sinar yang maksimal adalah saat siang hari hingga terbenam. Dalam satu bulan, posisi matahari yang berubah-ubah membuat ibu saya paling tidak memindahkan tanaman tomatnya hingga lima sampai tujuh posisi berbeda.

Entah itu adalah alasan estetika atau kegabutan luar biasa. Namun, posisi matahari memang berpengaruh penting. Jadi, tanaman-tanaman yang paling butuh banyak sinar harus diletakkan di area yang paling banyak mendapatkan cahaya matahari. 

Sinar matahari berperan sangat penting bagi pertumbuhan tanaman (Putriyana Asmarani)

Lapisan tanah juga sangat buruk; batu-batu bekas bangunan, pecahan tembikar, seng, dan besi. Komposisi tanah telah rusak dan senyawa yang terpendam di sana bisa jadi beracun. Dampaknya akan membunuh benih dalam sekali tebar atau tanaman sekali tancap. Oleh karena itu, suburnya tanah saat ini bukan hasil dari main sulap atau menumbalkan salah satu adik saya—ia tetap sehat walafiat—melainkan karena usaha tanpa jeda. 

Tetangga sampai berkelakar, bila ibu saya pingsan sekalipun ia bakal terus mencangkul dalam keadaan tidak sadar. Ibu saya terus berkebun: mengukur pH tanah, meramu pupuk, serta membuat lapisan tanah baru dari damen dan batang pisang. Semua ia lakukan dan hanya berhenti kalau sudah tifus saja.

Parahnya ia tidak hanya berjibaku dengan kondisi alam dan tanah semata. Ia juga mesti menghadapi kritik tak sedap dari segala penjuru mata angin. Misalnya, “anaknya sendiri minum susu SGM, tanamannya digelontor susu sapi”, “tokonya sudah ditelantarkan, dia fokus pada kebun padahal tidak menghasilkan”, atau komentar-komentar pedas lainnya menggunakan bahasa rimba.

Gemah-Ripah di Tanah Wingit Juwetrejo
Belimbing wuluh/Putriyana Asmarani

Strategi Ibu

Gosip sama kekalnya dengan sepercik api abadi di gunung es. Bersamaan dengan itu, tetangga ibu kiri-kanan dan belakang (tidak ada depan karena langsung berhadapan area sawah dan makam) kerap mampir sambil menenteng kantung plastik. Dengan templat salam yang sama mereka menyapa, “Pagi, Yu Jamik, akas temen (cekatan betul) pagi-pagi sudah di kebun. Aku minta kemangi, ya; cabe, ya; tomat-terong-belimbing wuluh-kelor-ya.”

Ini justru sangat menyenangkan. Itulah syarat evolusi, karena mereka harus bertahan hidup di tengah resesi dan kelangkaan pangan. Tak peduli besok bawa gosip baru atau kemarin menyebarkan gosip lama. Ibu saya sendiri juga suka dengan teori evolusi tersebut. Kalau tidak begini, ia tidak tahu lagi cara lain untuk beramal dan berbuat baik. Saat ini pun ia masih belum ada kehendak untuk menjual hasil panennya. Entah karena alasan apa. Tidak ada cara lain untuk memahaminya. Kadang uang memang tidak bisa dipakai untuk mengelap keringat jerih payah.

Yang jelas, ini adalah permulaan. Sudah saatnya tanah terbengkalai, wingit, dan kosong diolah menjadi area produktif. Sudah saatnya kita “sowan” pada demit di area kosong dan angker, lalu “mengusirnya” dengan cara baik-baik. Meskipun di kebun ibu saya tidak ada ritual pengusiran atau semacamnya, cukup berdoa saja dan berniat baik maka tidak akan ada kendala. Kecuali kendala ayam tetangga yang sedang nayap. Bandit Rambo berceker itu kalau sudah lolos masuk kebun melalui lubang entah dari mana, mereka bakal menghabisi apa saja. Kendala ini memang tidak tertolong.

Di Juwetrejo, beberapa tetangga juga sudah mulai minta benih atau cukulan untuk mereka tanam sendiri. Dan ibu saya memberinya dengan cuma-cuma. Ini termasuk strategi jitu ibu saya, “Kalau mau tomat ini ada cukulan-nya, tanam sendiri saja.”

Secara langsung pernyataannya adalah motivasi untuk merdeka pangan, meski dalam skala kecil. Merdeka pangan berarti sebagai manusia kita telah mencukupi kebutuhan paling dasar dan tidak bergantung pada siapa saja, termasuk kebijakan pasar maupun ekonomi. Merdeka pangan berarti bisa tercukupi. Cukup saat harga komoditas anjlok, berlimpah kala harga komoditas meroket.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar