Membahas Magelang berarti membicarakan keindahan alamnya, yang terpaku bersama gunung-gunung di sekitarnya. Andong, Menoreh, Merapi, Merbabu, Telomoyo, dan gunung lainnya ikut menghiasi Kabupaten yang berdekatan dengan Yogyakarta ini. Berdasarkan website pemerintah kabupaten Magelang, kata Magelang berasal dari Glangglang pada prasasti POH dan Mantyasih yang ada pada masa pemerintahan Dyah Balitung. Menurut legenda dulu wilayah Magelang merupakan daerah hutan (alas) Kedu yang dibuka oleh Panembahan Senopati untuk memperluas wilayah perkampungan. Niat sang panembahan memperoleh tantangan dari raja jin yang tidak ingin wilayahnya diganggu. Singkat cerita, sang panembahan berhasil mengalahkan raja jin dengan siasat atepung temugelang yang dalam perjalanannya menjadi Magelang.

Meskipun banyak teori asal usul kata Magelang, semuanya sepakat bahwa Magelang adalah daerah dengan pemandangan yang indah. Kamu pasti tahu dong Candi Borobudur—candi budha terbesar di dunia, atau Punthuk Setumbu yang berlatar Candi Borobudur dikelilingi hutan, atau kamu juga pasti tahu Dusun Butuh Kaliangkrik yang viral karena mirip dengan desa di Himalaya. Selain destinasi populer seperti contoh di atas, Magelang juga punya desa wisata yang masih asri dan enak untuk dikunjungi, yakni Desa Wisata Ngargoretno.

Desa Ngargoretno terletak di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Terdiri dari 6 dusun antara lain; Selorejo, Wonokerto, Wonosuko, Tegalombo, Karangsari, Sumbersari. Dari kejauhan nampak barisan Pegunungan Menoreh yang hijau, terpaut 7 km dari Borobudur yang populer sebagai destinasi utama di Magelang.

Desa ini menobatkan diri sebagai desa wisata pada 2016 dengan konsep community based tourism yang memberdayakan masyarakat sebagai tulang punggung utama pemain wisata. Dalam pengelolaan hasil alamnya, Ngargoretno menerapkan tiga konsep; sehat tani, sehat masyarakat, dan sehat produk. Pengelolaan berdasarkan masyarakat ini didasari akan keharusan sebuah komunitas mampu memenuhi ekonomi mereka tanpa bergantung kepada pihak lain.

Seperti kebanyak desa wisata lainnya, Ngargoretno menawarkan nilai edukasi untuk para pengunjungnya, disamping pemandangan alamnya yang memang menjual. Ada pelbagai produk wisata edukasi yang bisa pengunjung nikmati semisal edukasi pertanian, peternakan kambing etawa, peternakan lebah madu, pengolahan kopi marmer merah, pembibitan teh, serta pengolahan gula aren. Dengan memahami alur pertanian, diharapkan bisa memicu pengunjung untuk belajar lebih lanjut mengenai pertanian dan mempraktekannya.

Deswita Ngargoretno
Deswita Ngargoretno via Instagram/deswita_ngargoretno

Kambing etawa dikenal sebagai penghasil susu kambing terbaik. Di desa ini, olahan susu kambing etawa menjadi sajian yang harus dinikmati setiap pengunjung. Pengunjung bahkan bisa diajarkan cara memerah susu kambing dengan benar. Susu kambing memang terasa lebih cair daripada susu sapi yang lebih kental, tetapi fakta nutrisi membuktikan bahwa kandungan kalsium dan magnesiumnya lebih tinggi. Susu kambing juga cocok untuk orang yang lagi diet. 

Budaya, sudah tentu menjadi komoditas desa wisata yang dipertunjukkan, apalagi di Jawa Tengah yang terkenal dengan adat kerato yang kental. Ngargoretno menawarkan berbagai atraksi budaya semacam Kuda Lumping, Bangilun, Gamelan, Dolanan Bocah, Kerajinan Bambu Wulung, Batik Ngargoretno, dan Budi Pekerti Jawa. 

Desa Ngargoretno juga menampilkan atraksi kesenian Bangilun yang dipentaskan dengan syair sholawat yang diiringi rebana, serta pemain yang mengenakan kemeja putih dan celana hitam, serta aksesoris lainnya. Kesenian ini merupakan kesenian Islam-Jawa yang merupakan jalan dakwah para penyiar Islam di kalangan masyarakat Jawa Tengah. Moral kehidupan juga menjadi pesan yang disampaikan oleh kesenian ini.

Ada pula Batik Ngargoretno yang terkenal dengan sebutan Batik Kere Blirik Gendis.  Dinamakan kere karena dulu sang kreator, Widiharto, memproduksi batik ini dengan biaya yang terbatas. Mencanting pada kain batik kere dilakukan dengan cara zig-zag, berbeda dengan cara mencanting pada batik biasa. Batik ini terdapat beberapa motif yang terinspirasi dari alam sekitar desa; ada Lereng Menoreh, daun bambu, bukit marmer merah, dan lainnya. Usaha batik ini dirintis oleh Widhi yang ingin membangun desanya lebih baik. 

Atraksi alam lain yang terkenal adalah wisata batu marmer. Museum Wisata Alam Marmer Menoreh, terkenal akan batu marmer merah yang hanya ada dua di dunia, Italia dan Desa Ngargoretno. Secara swadaya sejak 2016, warga beserta BUMDes mengelola lahan seluas 70 hektar kawasan batu marmer merah. Sebagian sudah ditambang terlebih dahulu dan 50 hektar sisanya dijadikan lahan wisata. Perusahaan sempat mengincar marmer merah untuk ditambang lebih lanjut, tetapi perlawanan warga desa akhirnya mencegah mereka merusak lebih lanjut.

Ada gua purba yang bisa mengantarkan petualangan kamu menjelajahi dalam pegunungan Menoreh. Pada ketinggian 630 mdpl, kamu bisa menjelajahi gua dengan kedalaman sekitar 20 meter dengan tinggi ruang berkisar 2 meter. Akses menuju gua juga sudah dipermudah para penduduk lokal dengan membuatkan anak tangga.

Atas kerjasama para penduduk, mereka telah berhasil membangkitkan Ngargoretno sebagai salah satu destinasi wisata di Magelang. Dengan kelola yang sepenuhnya ada pada mereka, kebebasan menentukan arah pariwisata harusnya lebih fleksibel. Kalau kamu suatu saat mengunjungi Magelang, jangan hanya singgah di Borobudur ya, mampir juga ke Desa Ngargoretno yang akan menyambutmu dengan ramah.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar