Belajar Seni dan Budaya di Omah Petroek Karang Kletak, Yogyakarta

Tepat 12.30 WIB selepas Zuhur, saya dan keluarga berangkat dari Wedomartani menuju Omah Petroek. Perjalanan kami tidak menempuh waktu yang lama. Jika mengendarai motor, hanya kurang dari 20 menit saya bisa tiba di sana. Sayangnya, karena kami bertiga ditambah dengan penumpang bayi satu, jadilah kami mengendarai kendaraan roda empat sehingga durasi perjalanan menjadi lebih lama. Jika perjalanan dilakukan pada hari biasa, waktu tempuh menggunakan mobil sama seperti menggunakan motor.

Iya, Yogyakarta cukup padat akhir-akhir ini apalagi saat akhir pekan. Banyak titik kemacetan khususnya di Kabupaten Sleman. Untuk menuju wilayah Pakem saja, kami menemui tiga titik kemacetan. Pertama, di perempatan Kaliurang; kedua, di Kampus UII; dan ketiga, di Waroeng Raminten. Selepas dari situ, perjalanan baru lancar.

Jalanan di daerah Kaliurang memang terkenal naik turun, termasuk rute menuju Omah Petroek. Kanan kiri merupakan hamparan sawah dan perkebunan. Menyenangkan.

Area Parkiran Omah Petroek
Area parkir Omah Petroek/Annise Sri

Kami sampai di Omah Petroek pukul 13.15 WIB. Tanpa berpikir panjang, suami saya langsung memarkir mobil di area yang telah disediakan. Plang bertuliskan “Kita Berteman Sudah Lama, Selamat Datang di Omah Petroek” menandakan kita telah sampai di tempat wisata edukasi dan seni Omah Petroek. Sebelum memasuki kawasan, kami membayar tiket Rp10.000 per orang.

Memasuki area depan Omah Petroek ada rimbunan pepohonan, patung Ki Hajar Dewantara, dan patung kerbau—yang hanya tinggal kerangka iganya saja tetapi masih berdiri dengan keempat kakinya—menyambut kedatangan kami. Suasananya sangat ramah dan tenang. Tak heran kalangan seniman dan penulis kerap mencari inspirasi di sini.

Lebih dalam lagi, ada sebuah rumah kecil dengan papan bertuliskan Loji Semar. Bangunan ini lebih mirip front office yang di samping temboknya ada papan bertuliskan “Wedang Uwuh Gula Jawa, Sugeng Rawuh Atur Kawula”. Di bawah tulisan tersebut tertulis alamat Omah Petroek yang berada di Karang Kletak, Dusun Wonorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta.  

Konsep Bhineka Tunggal Ika dalam Karya Seni

Pura Omah Petroek
Suasana di Omah Petroek/Annise Sri

Di sini, banyak karya seni yang menurut saya sangat menarik. Pada bagian belakang terdapat miniatur tempat peribadatan dari seluruh lintas agama di Indonesia. Saat saya mengunjungi bangunan peribadatan umat Hindu, yakni pura, saya melihat banyak sekali sisa-sisa dupa dan bunga yang telah mengering di area tengah pura. Sekilas, bentuk pura ini sangat mirip dengan pura-pura yang ada di Bali. Material bangunannya sengaja dibuat dari batu kali atau batu andesit, sehingga terlihat natural dan menyatu dengan alam. 

Langgar Tombo Ati Omah Petroek
Langgar Tombo Ati di Omah Petroek/Annise Sri

Di sebelah selatan, terdapat langgar yang merupakan wujud bangunan keagamaan umat Islam. Langgar tersebut dinamai Langgar Tombo Ati. Uniknya, di depan langgar tersebut terdapat patung Gus Dur dengan sayap. Sebenarnya, ada juga  patung Gus Dur yang duduk di kursi bangku panjang di depan langgar tersebut, sayangnya pengelola tidak memajang patung tersebut saat saya berkunjung.

Patung Gus Dus Punya Sayap
Patung Gus Dur dengan sayap/Annise Sri

Ke selatan, terdapat tempat peribadatan umat Budha yaitu candi. Bentuknya cukup unik, tidak seperti candi-candi kebanyakan yang pernah saya jumpai. Ada patung Budha Gautama di puncaknya. Lalu terdapat patung Budha-Budha kecil melingkar mengelilingi hingga ke bawah. Di atasnya juga terdapat patung Dewi Kwan Im. Lalu, pada sisi sebelah timur candi, terdapat sendang yang digunakan untuk meditasi.

Klenteng Kecil di Omah Petroek
Klenteng di Omah Petroek/Annise Sri

Tempat peribadatan keempat adalah klenteng yang merupakan tempat peribadatan umat Kong Hu Chu. Di depan bangunannya terdapat perapian dupa. Di sebelah kiri kanan pintu masuk terdapat patung singa khas Cina. Di dalam klenteng juga terdapat beberapa alat ibadah yang terbuat dari kuningan.

Tempat peribadatan yang terakhir adalah kapel yang dibangun agak menjorok ke bawah. Di sana terdapat patung Yesus, Bunda Maria, dan sapi putih dilengkapi dengan salib. Model bangunannya juga di bangun dari susunan batu andesit, sehingga lebih nampak menyatu dengan alam. 

Patung Mbok Turah dan Kebudayaan Jawa   

Patung Mbok Turah dan Anak-anak
Patung Mbok Turah dan anak-anak/Annise Sri

Selain tempat peribadatan, ada sebuah patung perempuan yang menyita perhatian saya. Saya pun bertanya kepada suami, “Ini patung apa ya? Kok kelihatannya patung spesial?” 

“Itu patung Mbok Turah yang disimbolkan sebagai penjaga keseimbangan alam,” jawab suami saya. Maklum kami tak punya tour guide, dan kebetulan saja suami saya kenal dengan ketua Omah Petroek yaitu Romo Sindhunata. Romo Sindhu adalah penulis dengan banyak karya sekaligus seniman. 

Awalnya Omah Petroek hanya digunakan sebagai tempat meditasi dalam rangka mencari inspirasi menulis bagi Romo Sindhu dan para penulis lainnya. Lama kelamaan banyak seniman yang ingin menaruh karya di sini. Jadilah Omah Petroek saat ini. Sarana edukasi, seni dan budaya sangat ditonjolkan dari kawasan ini, termasuk ikon Mbok Turah.

Mbok Turah adalah patung seorang ibu yang duduk di lantai dengan mengenakan kebaya khas Jawa. Patung itu dikelilingi oleh anak-anak dimana menguatkan pemaknaan cinta kasih seorang ibu yang turah-turah atau berlebih. Sosok Mbok Turah ini melambangkan alam yang selalu memberi lebih kepada manusia. 

Selain patung Mbok Turah yang lekat dengan mitologi alam, ada beberapa patung yang menggambarkan ritual adat Jawa seperti tumpengan. Patung-patung ini berada tepat di belakang patung Mbok turah. Patung laki-laki yang berjumlah kurang lebih 12 buah, ditata melingkar dengan dua saf.

Di depan patung-patung itu tersaji aneka replika makanan khas tumpengan. Ada nasi tumpeng dengan berbagai lauk, ada buah-buahan dan ada juga ayam ingkung. Selain karya seni budaya dan bentuk simbol kerukunan umat beragama, masih banyak berbagai patung dan karya seni lain.

Sore itu, saya dan keluarga sudah keburu kelelahan berkeliling Omah Petroek. Belum semua kami jelajahi.

Bagi teman-teman yang mencari tempat liburan edukatif, punya nilai budaya dan kebhinekaan, Omah Petroek adalah pilihan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar