TelusuRI bertaji! Sinergi media perjalanan dan pariwisata Indonesia ini dengan pemerintah daerah membuahkan hasil positif. Perbaikan perangkat promosi wisata dan penertiban pedagang liar di ruang publik serius dilakukan.
Paling hangat adalah pembersihan bangunan liar yang menutupi sisi depan dan samping lapangan Kebon Pelok, Kota Cirebon. Pemberitaan di TelusuRI berjudul “Menanti Revitalisasi Lapangan Kebon Pelok Kota Cirebon” (7/11/2025), mendapat perhatian pemerintah setempat.
Merujuk laporan radarcirebon.com, Senin (24/11/2025), Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Cirebon, Edi Siswoyo menjelaskan, penertiban dilakukan atas permintaan Bidang Aset Daerah.


Kiri: Potret bangunan liar menghalangi sisi depan lapangan (16/9/2025). Kanan: Terbaru usai penertiban (24/11/2025), deretan warung semipermanen sudah dirobohkan Satpol PP/Mochamad Rona Anggie
“Surat imbauan hingga teguran pertama, kedua, dan ketiga sudah kami layangkan kepada pedagang sejak dua minggu lalu,” kata Edi. Pihaknya memuji sikap kooperatif pedagang yang melakukan pembongkaran mandiri hingga 80 persen. Selanjutnya kawasan tersebut akan diberi pagar, supaya tidak digunakan sembarangan lagi.
Jumat pagi (28/11/2025), penulis kembali mengunjungi lapangan depan kantor Kelurahan Kalijaga. Tak jauh dari kantor Kecamatan Harjamukti dan bersebelahan dengan Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) nan rindang.
Warung semipermanen yang mencaplok bagian dalam pinggir lapangan sudah tidak ada. Bangunan yang menghalangi sisi depan lapangan juga hilang. Pemandangan jelas ke arah jalan raya. Begitu pula sebaliknya, pengendara bisa leluasa melihat lapangan Kebon Pelok yang hijau.
Pemkot Cirebon berencana mempercantik kawasan lapangan yang telah eksis sejak 1990 itu dengan membuat taman di sekitarnya. Potensi kemacetan dapat dihindari pula. Sebelumnya parkir kendaraan yang mampir ke warung seputar lapangan, tak teratur. Menghambat laju pengendara lain.


Berharap Revitalisasi Segera
Lurah Kalijaga, Entis Sutisna, menyambut baik upaya pembenahan lapangan Kebon Pelok. Selama ini, kata dia, publik telanjur memahami jika pemilik lapangan Kebon Pelok adalah jajarannya. Padahal bukan, melainkan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD), yang menangani aset milik Pemkot Cirebon.
Mewakili masyarakat, Entis berharap revitalisasi lapangan Kebon Pelok segera dilakukan. Langkah awal penertiban pedagang liar sudah sesuai aspirasi warga. Kebon Pelok tidak terkesan kumuh lagi. Pandangan luas ke semua penjuru.
Bahkan, pihaknya telah memiliki desain pengembangan Kebon Pelok. Rencana tapak (site plan) sudah disampaikan ke kepala daerah. Anggaran Design Engineering Detail (DED) sudah disiapkan pula. Ini penting sebagai rincian perencanaan teknis suatu proyek.



Bagian dalam lapangan Kebon Pelok sudah steril dari bangunan liar. Ini tahap awal mempercantik sarana olahraga di selatan pusat kota/Mochamad Rona Anggie
“Kami libatkan konsultan profesional. Pemkot tinggal merealisasikan saja,” ujar Entis. “Hitungan kotor pengembangan Kebon Pelok membutuhkan Rp30 miliar.”
Pengamatan penulis, nilai tersebut sebanding dengan lokasi strategis lapangan Kebon Pelok, yang merupakan titik sentral keramaian di Kecamatan Harjamukti. Fungsi utamanya sebagai arena olahraga dan rekreasi warga.
Penambahan jalur lari dan jalan kaki mengitari lapangan akan menambah daya tarik. Penghijauan sekelilingnya bakal membuat betah pengunjung. “Jujur saja saya iri dengan trek joging di perumahan elit dekat sini (Citraland). Warga berduyun ke sana, termasuk saya. Masa, sih, pemerintah tidak bisa membuat yang semacam itu,” tutur lelaki yang lama berdinas di balai kota.
Entis menargetkan ke depannya Kebon Pelok dapat menghimpun tiga aktivitas sekaligus: wisata, olahraga, dan keagamaan. Silakan kumpul bareng teman atau keluarga. Joging bersama atau duduk santai menikmati makanan-minuman ringan.
“Lapangan bisa pula dipakai salat Idulfitri dan Iduladha. Juga buat upacara hari nasional. Wah, warga pasti antusias menyambut,” kata Entis semringah didampingi Sekretaris Kelurahan, Herlan.
Jika titik kumpul masyarakat untuk kegiatan positif sudah ada, lanjut dia, peluang ekonomi akan membuntuti. Di area yang diperbolehkan berjualan, pedagang bisa berniaga dengan nyaman.
Tentunya kehadiran ruang terbuka hijau yang terawat menjadi dambaan semua pihak. Pelancong domestik bukan tidak mungkin mampir ke Kebon Pelok; sudut lain Kota Cirebon yang asri dengan naungan pohon trembesi berderet.
Para pelajar pun akan tambah semangat. Mengajak rekan, “Ayo, kita main bola lagi! Lapangannya keren!” Imbasnya kenakalan remaja berkurang, karena hobi mereka tersalurkan di tempat yang menyenangkan.


Kelurahan Kalijaga merilis desain pengembangan lapangan Kebon Pelok sejak 2023/Mochamad Rona Anggie
Ikon Promosi Tak Protol Lagi
Sentuhan cerita perjalanan yang dibarengi kritik membangun kepada pemangku kepentingan, berhasil pula disuarakan lewat reportase “Menjemput Senja di Kampung Pesisir Cirebon” di TelusuRI.id (8/8/2025).
Pada kunjungan ke kampung pesisir jelang mentari terbenam itu, saya dapati instalasi tulisan ‘Muara Sukalila’ banyak yang protol. Rusak. Sungguh ironis, karena kawasan pesisir dipromosikan sebagai sentra wisata bahari Kota Cirebon.
Tak lama berselang, Festival Pesisiran berlangsung pada 18 Oktober 2025. Saya penasaran mau melihat kemeriahannya. Tiga kampung nelayan merayakan hajatan pesta laut tersebut, meliputi Kampung Samadikun, Pesisir, dan Cangkol.
Tiba di lokasi acara, saya parkir motor depan monumen udang berlatar muara kali Sukalila. Wisatawan berkerumun. Mereka menyesaki jalan kampung yang becek ke arah laut, lokasi perahu siap menuju samudra membawa hasil bumi.
Di antara riuh penonton pesta laut, saya pangling melihat ikon promosi instalasi ‘Muara Sukalila’ sudah diperbaiki dan dicat ulang warna biru (sebelumnya oranye). Terlihat bagus dan akan jadi latar foto yang ciamik. Penanda kenangan kunjungan ke kampung pesisir yang menawan.
Ketua RW 07 Pesisir Tengah, Mochammad Nurdedy, mengiyakan jika perbaikan tulisan ‘Muara Sukalila’ usai mendapat sorotan media massa. “Momennya juga pas, jelang Festival Pesisiran. Jadi cepat direspons begitu ada wartawan yang mengangkatnya,” ucapnya di sela mengawasi prosesi pelepasan perahu menuju laut lepas.
Lelaki yang akrab disapa Dedy itu menegaskan, bila perhatian terhadap sebuah kawasan wisata dilakukan berkesinambungan, bakal menggaungkan keunggulan destinasi wisata tersebut. “Hal baik kita pertahankan, yang kurang jangan malu dibenahi. Terima kasih kalau sahabat media mau mengingatkan,” katanya sambil mengisap rokok putih.
Foto sampul: Suasana pagi selepas hujan di lapangan Kebon Pelok. Tampak Gunung Ciremai di kejauhan. Jejak kendaraan membelah rumput lapangan. Nantinya setelah dipagari, tak boleh ada sembarang aktivitas selain olahraga (Mochamad Rona Anggie)
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Mochamad Rona Anggie tinggal di Kota Cirebon. Mendaki gunung sejak 2001. Tak bosan memanggul carrier. Ayah anak kembar dan tiga adiknya.





