TRAVELOG

Menolak Tua di Kota Tua Cirebon

Jika kembali ke tahun 1933, kami adalah murid frobelschool (TK) yang siap masuk kelas. Namun, tahun 2025, kami kumpul di halaman SMP Negeri 14 Kota Cirebon, sebagai peserta Walking Tour Kota Tua Cirebon.

Bangunan bagian depan sekolah yang ada di Jalan Kebumen itu masih asli: pintu dan jendela ukuran besar, warisan tuan kompeni. “Hanya lantainya yang sudah diganti,” kata pemandu acara, Putra Lingga Pamungkas dari komunitas Cirebon History, Ahad (12/10/25).

Kantor Residen Cirebon yang berhadapan dengan frobelschool, sudah tak berbekas. Kini menjelma Taman Kebumen. Padahal kalau masih tersisa wujudnya, bakal melengkapi bangunan tempo dulu bernilai sejarah. Apalagi Karesidenan Cirebon (setingkat provinsi) membawahi wilayah Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. 

Di dekatnya berdiri Gedung Bundar yang dibuat tahun 1920-an, sebagai pos jaga tentara Belanda. Semasa kemerdekaan, Komando Resor Militer (Korem) Sunan Gunung Jati Cirebon memanfaatkan bangunan beratap kerucut untuk kantor radio dan telegraf. Masuk 1990, Korem menyerahkannya kepada Pemkot Cirebon. Baru tahun 2001, Gedung Bundar ditetapkan sebagai cagar budaya.

  • Menolak Tua di Kota Tua Cirebon
  • Menolak Tua di Kota Tua Cirebon
  • Menolak Tua di Kota Tua Cirebon

Jalan Bareng Anak Muda

Tak hanya kawula muda, nenek 65 tahun juga ikut mengitari kawasan kota tua. “Biasa jalan kaki, jadi nyaman saja,” kata Kurniasih didampingi sang anak, Muhammad Slamet Junedi (26). Dia sudah beberapa kali turut serta. “Sekalian nostalgia,” imbuh nenek lima cucu.

Kurniasih mampu menyelesaikan semua target kunjungan dengan durasi dua jam (08.00–10.00). Kerudung merah marun membalut kepalanya. Melindungi dari sengatan mentari pesisir pantai yang memanggang jalanan.

Tim lantas menuju gedung Cipta Niaga. Bertetangga dengan SMPN 14. Nama bekennya dulu Internationale Crediet en Handelsvereeniging Rotterdam. Dirancang tahun 1911 oleh agen arsitek dari Amsterdam “Hulswit & Cuypers”, yang juga menukangi gedung British American Tobacco (BAT) dan De Javasche Bank. 

“Ini salah satu perusahaan besar milik Belanda yang menjalankan bisnis ekspor-impor. Termasuk meminjamkan modal kepada perusahaan lain,” ucap Lingga.  Pernah pula menjadi kantor Agetschap SM “Nederland” dan Agentschap “Rotterdamshe Lloyd”. Penguasaan bangunan sudah berlangsung dua kali, setelah awalnya dimiliki perusahaan dagang Belanda ternama: Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). 

Lingga mengungkapkan, sejak penetapan UU Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda yang ada di Indonesia, bangunan bernuansa kolonial tersebut sepenuhnya milik pemerintah RI. Sempat dipakai kantor PT Aneka Bhakti, lalu berganti tuan sampai lima kali, sekarang ditempati PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero).

Makam Belanda di Area Gereja

Kiprah misionaris di wilayah Cirebon tampak dari kehadiran Gereja Pasundan yang dibangun tahun 1788 oleh keluarga Joachim Wichert dan Johanna Maria Alting. 

Mulanya bernama “Protestansche Kerk”. Ini gereja protestan tertua di Jawa Barat. Tiga kuburan berukuran besar menempati sisi barat dan timur halaman gereja. “Di dalam ada lagi dua makam. Salah satunya di bawah altar,” ujar Otto Agusta, seorang jemaat yang hendak mengikuti kebaktian.

Peserta walking tour diizinkan masuk. Prasasti berbahasa Belanda yang menerangkan pendirian gereja, terpacak di tembok sebelah kanan pintu masuk. Pengunjung berlomba memotret peninggalan berumur 237 tahun tersebut. Di situ dijelaskan kematian keluarga Johanna akibat wabah kolera.

  • Menolak Tua di Kota Tua Cirebon
  • Menolak Tua di Kota Tua Cirebon

Tiang Telegraf Berkarat

Sebelum menyebrang ke Jalan Yos Sudarso, langkah peserta terhenti di depan rangkaian besi menjulang yang sudah berkarat. Lingga menyebutkan itu gardu milik Post Telegraaf en Telefoon (PTT) atau perusahaan telekomunikasi Hindia Belanda. 

“Ini satu dari tiga tiang telegraf yang ada di Kota Cirebon. Lainnya di Jalan Talang dan Kanggraksan,” bebernya.

Sebuah plakat berbahasa Ratu Wilhelmina tertempel di bagian bawah: “NV MACHINE FABRIEK BRAAT-SOERABAJA–ROTTERDAM.” Menunjukkan produsen gardu adalah pabrik mesin dan konstruksi Belanda di Surabaya. Pembuatannya sekitar tahun 1900 sampai 1930-an. 

Tiang telegraf yang masih berwujud itu menandakan eksistensi alat komunikasi jarak jauh era kolonial. Mengandalkan sinyal listrik via kabel atau gelombang radio, dalam bentuk kode morse ciptaan Samuel Morse tahun 1837. Media komunikasi lainnya telepon engkol serta berkirim surat via pos.      

Kotak Pos 119 Tahun

Tujuan berikutnya Kantor Pos Besar. Dibangun tahun 1801, bersamaan dengan pengerjaan Jalan Raya Pos (Anyer–Panarukan) oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels (1762–1818).

Tahun 1906, gedung lama kantor pos diganti bangunan baru yang bertahan hingga sekarang di Jalan Yos Sudarso No. 9 Kampung Cangkol, Kecamatan Lemahwungkuk. “Kantor Pos Cirebon yang kedua dibangun Belanda setelah di Batavia (Jakarta),” tutur Lingga. 

Seiring waktu Jawatan Pos, Telegraf dan Telepon (PTT) dikelola Departemen Perhubungan RI. Menyandang nama: Perusahaan Umum Pos dan Giro (1978) dengan logo merpati. Tahun 2023 bertransformasi menjadi PosIND Logistik Indonesia.   

Menolak Tua di Kota Tua Cirebon
Rupa kotak pos tahun 1906/Mochamad Rona Anggie

Terpukau De Javasche Bank

Kami lalu melangkah ke bangunan megah sebelah kantor pos. Arsitekturnya bergaya art deco dengan dominasi warna putih nan elegan. Kehadiran balkon lantai dua bak istana kerajaan Eropa, menambah anggun gedung yang pertama kali dirancang tahun 1866. 

Inilah De Javasche Bank cabang kelima di Hindia Belanda. Gedungnya sekian kali mengalami rekonstruksi. Tahun 1919 dikreasi ulang oleh perencana Marius Hulswit (1862–1921) dan Eduard Cuypers (1859–1927). Mahakarya keduanya bertahan sampai sekarang menjadi kantor Bank Indonesia (BI) Cirebon. 

Banyak yang kagum dengan bangunan De Javasche Bank. Pemerintah pun menjadikannya gambar mata uang pecahan Rp500 tahun 1988. “Kita sebagai orang Cirebon, bangga enggak?” tanya Lingga. “Bangga…” sahut peserta sambil memotret tiap bagian gedung yang dikelilingi pagar hitam dan dijaga petugas keamanan.

Dari balkon di bagian belakang gedung, pemandangan lepas ke arah Laut Jawa. Menambah pesona bangunan yang menyertai perjalanan panjang sistem keuangan masa Hindia Belanda hingga 80 tahun kemerdekaan Indonesia.

Foto bersama di depan gedung Kantor Pos Besar Cirebon (kiri) dan gedung BI Cirebon yang berusia 106 tahun/Mochamad Rona Anggie

Kokohnya Kelenteng Empat Abad

Para pencinta heritage tak ciut dibakar matahari pelabuhan. Beberapa memakai payung, lainnya bertopi. Bangunan tua di kanan-kiri kami, memapah ingatan ke zaman ketika panji merah-putih-biru mengangkasa di langit Gemeente Cheribon.

Kami tiba di pelataran Kelenteng Tiao Kak Sie. Letaknya sebelah gerbang dermaga. Rumah ibadah yang dibangun tahun 1595 itu salah satu yang tertua di Nusantara. Ketika Orde Baru berkuasa, namanya berganti Vihara Dewi Welas Asih. Bangunannya sempat dipugar tahun 1791, 1829, dan 1889. Wisatawan keturunan Tionghoa akan mampir ke sini jika sedang pelesir di Cirebon.

Berdempetan dengan kelenteng, sebuah bangunan bergaya klasik melambai minta dipotret. Ini Kantoor van Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij te Cheribon (Escomptobank) yang dibangun tahun 1920. Rancangan biro arsitek NV Architecten en Ingenieursbureau Job en Sprey. 

Sejak 1999 masyarakat mengenalnya sebagai Bank Mandiri yang berada di Jalan Kantor No. 4, Panjunan, Lemahwungkuk. Pemerintah mengukuhkannya menjadi cagar budaya nasional pada 22 Juni 2010.

Pabrik Rokok Legendaris

Panas kian menjadi. Kami lekas menyeberangi perempatan dengan belokan melengkung (bukan simetris). Ini pusat keramaian kota tua ketika malam tiba. Pabrik rokok legendaris BAT merupakan landmark kawasan. 

Berdiri di atas lahan satu hektare, pabrik pertama kali dibangun oleh Indo Egyptian Cigarettes Company tahun 1917. BAT mengambil alih tahun 1925. Setahun sebelumnya, duet Hulswit dan Cuypers merombak bangunan menjelma art deco

BAT berhenti beroperasi tahun 2010. Kiranya para penghobi sebat tak lupa produk rokok Lucky Strike, Kansas, Pall Mall, Ardath, dan Commfill. Cita rasa tembakau dan cengkehnya terkenang dalam isapan. Sementara racun nikotinnya, boleh jadi masih tertinggal di labirin paru-paru.

Menolak Tua di Kota Tua Cirebon
Gedung BAT terlihat dari seberang Bank Mandiri. Pabrik rokok berdesain art deco itu kerap menjadi lokasi foto prewedding/Mochamad Rona Anggie

Tak Kalah dengan Kota Lain

Acara ini turut diikuti perwakilan Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) Indonesia, Bayu Dwityo Wicaksono, yang membidangi Komunikasi Digital. Lelaki asli Malang itu perdana ke Cirebon. Dia datang bareng aktivis Indonesia Hidden Heritage Creative Hub, Nofa Wazir dan Wulan Suheri, yang tengah menjalankan program People and The City

Cirebon berbagi keseruan dengan Jakarta, Bandung, Palembang, Kendari, Sumbawa, dan Ambon. “Budaya dan kawasan kota tua Cirebon bisa digaungkan lebih luas kepada publik internasional,” ucap Nofa takjub melihat peninggalan Belanda berserak di wilayah tepi pantai ini. Pihaknya berkomitmen mengembangkan potensi ekonomi masyarakat lokal, lewat kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara. Termasuk keberadaan Museum Topeng yang belakangan sukses mencuri perhatian khalayak luas. 

“Kami bersinergi dengan UN mewujudkan Sustainable Development Goals. Ingin melibatkan penduduk setempat untuk aktif mengelola potensi khas daerah,” tutur Nofa.

Lingga menegaskan, Cirebon punya daya pikat level dunia. Tidak kalah dengan Jakarta dan Surabaya, sesama kota pelabuhan. Kelebihan Cirebon, kata dia, punya kota tua, kota lama, dan kota kuno. 

Kota lama merujuk kawasan Alun-alun Kejaksan dan Balai Kota yang berdiri tahun 1924. Sedangkan kota kuno mengacu kepada keraton-keraton masa Kasultanan Cirebon yang muncul enam abad silam.


Foto sampul: Peserta walking tour mengabadikan kebersamaan di depan gedung British American Tobacco (Mochamad Rona Anggie)


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Mochamad Rona Anggie

Mochamad Rona Anggie tinggal di Kota Cirebon. Mendaki gunung sejak 2001. Tak bosan memanggul carrier. Ayah anak kembar dan tiga adiknya.

Mochamad Rona Anggie

Mochamad Rona Anggie

Mochamad Rona Anggie tinggal di Kota Cirebon. Mendaki gunung sejak 2001. Tak bosan memanggul carrier. Ayah anak kembar dan tiga adiknya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Menanti Revitalisasi Lapangan Kebon Pelok Kota Cirebon