Fasilitas publik dicaplok pedagang liar. Persoalan semacam ini terjadi di banyak daerah. Paling mencolok adalah trotoar. Bukannya untuk pejalan kaki, malah dipakai lapak usaha.
Di Indonesia, lapangan juga bisa beralih fungsi. Tadinya buat aktivitas olahraga warga, malah jadi warung serba ada. Miris melihatnya. Seperti lapangan bola Kebon Pelok, Kota Cirebon. Keadaannya kini memprihatinkan. Bangunan semipermanen merangsek ke dalam lapangan yang telah eksis sejak 1990.
Penjual nasi campur, ayam potong, es balok, buah-buahan, aneka jajanan ringan, kedai kopi sampai empal gentong, berderet mengelilingi lapangan depan Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti. Pagar bata hias di sisi barat lapangan tinggal puing. Pantat bangunan ilegal menerjangnya. Lenyap sudah estetika ruang terbuka hijau.
Ketika saya ke sana (16/9/2025), banyak pelajar sedang main bola dan kasti di sebelah timur lapangan yang bersisian dengan SDN Kebon Pelok. Jejeran pohon trembesi (Samanea saman) nan rindang membuat betah para penjual keliling di area gawang tanpa jaring. Unik juga, batin saya. Tak ada kiper, pedagang yang berjaga.
Di sudut lain, sambil menunggu jam pulang sekolah anak, sekelompok ibu-ibu duduk melingkar bertukar cerita. Mereka membawa camilan dan minuman pelengkap obrolan.
Dorong Pembenahan
Saya kemudian mendatangi kantor kelurahan. Ingin menanyakan perihal kepastian peruntukan lapangan bola Kebon Pelok sekarang. “Tentu sebagai sarana olahraga warga,” kata Sekretaris Kelurahan Kalijaga, Herlan.
“Kami terus mendorong revitalisasi,” lanjut lelaki murah senyum itu. Bahkan pihaknya telah membuat rencana tapak pengembangan lapangan bola ikon Kecamatan Harjamukti tersebut. “Kami ajukan site plan ke wali kota dan wakil. Semoga saja ada anggaran perbaikan,” harapnya.
Terkait tempat usaha tak berizin yang mengelilingi lapangan, Herlan mengeluhkan pula. Rencana ke depan bakal dibangun pagar tinggi. Sehingga lapangan bola benar digunakan untuk olahraga atau upacara resmi pemerintah daerah.
“Pada akhirnya kami berharap kesadaran pedagang juga. Boleh jadi nanti mereka direlokasi,” ucapnya.


Kelurahan Kalijaga, sambung dia, ingin lapangan Kebon Pelok suatu saat jadi lokasi upacara 17 Agustus tingkat kota. Biar masyarakat antusias menyaksikan dari dekat momen peringatan HUT RI. “Saya bilang ke Pak Sekda supaya upacara resmi bisa di Kebon Pelok,” ujarnya.
Kapan terakhir ada turnamen sepak bola di sana? Herlan tak ingat. Karena memang, sudah lama tak difungsikan sebagai lapangan standar pertandingan bola. Tanahnya bergelombang, becek kala hujan. Rumputnya botak di banyak titik. “Tujuan revitalisasi, ya, mau membangun lapangan sesuai standar,” tegasnya.
Herlan membeberkan sejauh ini pihaknya hanya sebatas pengguna lapangan Kebon Pelok, sama seperti masyarakat lainnya. Sementara pengelolanya adalah bagian aset Pemkot Cirebon.
Pihaknya menghasung semua pihak guna memberi perhatian terhadap lapangan yang searah menuju Bandara Penggung itu. Bisa disebut etalase Kota Cirebon, saat ada pejabat pusat lewat. “Sayang kalau tidak segera dibenahi,” keluhnya.

Pentingnya Perawatan dan Pengawasan
Pagi itu disaksikan 14 pohon trembesi di sebelah timur dan utara lapangan, pelajar SMPN 9 yang mengenakan kaus olahraga memperhatikan arahan guru mereka, Subhi.
Para murid bergantian memukul bola tenis memakai sepotong kayu. Mereka berlatih permainan kasti. Di sela mengawasi siswa dan siswi, Subhi berkenan diajak berbincang. Dia mengiyakan jika keberadaan bangunan liar di sekitar lapangan Kebon Pelok sangat mengganggu.
“Harus ditertibkan. Mosok arena lapang bola terkesan kumuh. Tak sedap dipandang,” katanya.
Tiap pekan, Subhi membawa muridnya yang berbeda kelas ke lapangan Kebon Pelok. Ruang terbuka semacam itu amat penting bagi praktik pelajaran olahraga. Di sekolahnya ada lapangan basket, tetapi tidak representatif untuk bermain sepak bola atau kasti.
“Nilai tambah olahraga di lapangan terbuka, pelajar bisa sekalian refreshing sesaat. Interaksi dengan teman lebih lepas, pikiran mereka akan segar,” paparnya.
Subhi berharap kalau nanti lapangan Kebon Pelok direvitalisasi, mesti berlanjut dengan perawatan rutin dan pengawasan petugas Satpol PP. Jangan sampai sudah dibangun pagar keliling, malah dirusak orang iseng. Rumput lapangan juga jangan sembarangan diinjak.
“Kalau dibenahi lantas dibiarkan, ya, alamat hancur kembali. Sayang anggaran yang digelontorkan,” kritiknya.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Mochamad Rona Anggie tinggal di Kota Cirebon. Mendaki gunung sejak 2001. Tak bosan memanggul carrier. Ayah anak kembar dan tiga adiknya.





