Hujan sedang mengguyur Bondowoso saat saya berencana untuk mengunjungi tempat ini. Beruntung hujan yang cukup deras itu tak berlangsung lama. Lebih beruntung lagi karena suasana menjadi sejuk setelah hujan berhenti. Setelah melihat langit dan memprediksi hujan benar-benar reda, akhirnya saya memutuskan segera berangkat.
Sebagai gambaran, Kabupaten Bondowoso itu unik. Wilayahnya dikelilingi daratan sehingga mustahil ditemukan pantai di sana. Namun, Tuhan memberi wilayah ini anugerah yang lain berupa banyaknya situs sejarah zaman Megalitikum yang tersebar hampir di banyak kecamatan. Saking banyaknya, diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk mengunjungi seluruhnya. Pemerintah Bondowoso seharusnya bisa melihat peluang ini untuk pengembangan sektor wisata edukatif.
Sektor wisata sejarah seperti situs peninggalan zaman Megalitikum ini memiliki keunggulan dibanding sektor wisata lainnya. Selain sebagai tempat rekreasi, wisata sejarah juga memiliki nilai edukatif sehingga tidak hanya sebagai tempat rekreasi, tapi juga menjadi tempat belajar hal baru, terutama bagi siswa dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.

Situs Kodedek
Menurut salah satu dosen saya ketika kuliah, Pak Kayan Swastika, jejak kebudayaan zaman Megalitikum di Bondowoso pertama kali diungkap tahun 1898 oleh H.E. Steinmetz. Ia adalah Asisten Residen Bondowoso saat itu.1
Berbicara mengenai situs megalitik di Bondowoso, kali ini saya akan mengajak kalian untuk berkunjung ke salah satu situs peninggalan megalitikum di Bondowoso. Namanya adalah Situs Kodedek. Situs Kodedek merupakan situs megalitikum dengan sebagian besar koleksinya adalah Batu Kenong. Menurut data tipologi tinggalan arkeologis kebudayaan megalitik di Bondowoso dalam buku yang sama, yang mengutip artikel Bagyo Prasetyo (2009), di Situs Kodedek terdapat total 26 tinggalan; 25 tinggalan berupa silindris batu dan satu dolmen.
Batu Kenong merupakan batu yang berbentuk silinder atau membulat dengan tonjolan pada puncaknya. Fungsi Batu Kenong sendiri bagi masyarakat Megalitikum masih belum diketahui secara pasti, namun para ahli memiliki berbagai pendapat: digunakan sebagai umpak bangunan, batas suatu wilayah, lambang kesuburan, atau sebagai tempat melakukan ritual.
Di Situs Kodedek sendiri terdapat dua jenis Batu Kenong. Terdapat Batu Kenong dengan satu benjolan dan terdapat juga Batu Kenong dengan dua benjolan. Batu Kenong di sini disusun melingkar, kemudian di tengahnya terdapat sebuah dolmen atau meja batu. Dikutip dari Radar Jember, terdapat total 15 batu kenong, satu menhir, dan satu dolmen di situs ini.2
Situs Kodedek ditata dengan rapi sehingga pengunjung bisa nyaman untuk mengunjungi dan mengamati peninggalan megalitikum yang ada di sini. Menurut Heri Kusdaryanto, Kepala Seksi Sejarah dan Purbakala Disdikbud Bondowoso, Situs Kodedek merupakan situs yang unik.3 Hal ini disebabkan penataan batu-batu yang melingkar dan berbeda dari kebanyakan situs lainnya.
Situs Kodedek juga dijadikan sebagai klaster pusat informasi dan jalan menuju situs akan diperbaiki. Selain itu, terdapat juga fasilitas sebuah tempat duduk panjang yang bisa digunakan pengunjung jika lelah. Pada kedua sisinya terdapat trotoar yang bisa digunakan pengunjung untuk mengelilingi Situs Kodedek agar tidak sampai menginjak rumput dan tanah.

Rute Terjal Berbatu dengan Pemandangan Alami
Situs Kodedek memang tidak terlalu luas, tetapi jalan untuk menuju situs ini cukup terjal dan berbatu. Pada awal perjalanan cukup nyaman karena jalan beraspal. Namun, berubah menjadi jalanan berbatu mendekati tiga kilometer terakhir.
Pada beberapa sisi, jalurnya merupakan jalan tanah yang berubah jadi lumpur setelah diguyur hujan. Tanah berlumpur ini rawan membuat ban motor selip. Maka, lebih disarankan menggunakan motor untuk jalur off road, seperti motor trail. Jika tidak ada, usahakan pakai motor bebek atau motor bergigi. Hindari penggunaan motor matic. Saya sendiri menggunakan motor matic dan sangat kesulitan mencapai lokasi hingga hampir jatuh beberapa kali. Saya menyarankan untuk berkunjung ke sini saat cerah, jangan setelah hujan karena medan akan menyulitkan perjalanan.
Rute ke Situs Kodedek ini juga sering kali digunakan untuk bersepeda. Namun, karena medan yang cukup sulit, maka sepeda yang digunakan lebih baik sepeda gunung atau sepeda downhill. Meskipun rute menuju Situs Kodedek melelahkan, tetapi pemandangan alam di sepanjang jalan sangat menarik untuk dinikmati karena lokasi yang berada di pegunungan. Selain itu, udara di sekitar situs ini terasa segar dan sejuk.

Saat tiba di situs, pemandangan hijau dan asri juga tersaji di sekitarnya. Bagi kalian yang suka berburu foto dengan tema alam dengan latar belakang peninggalan sejarah, maka situs ini harus kalian kunjungi. Akan tetapi, ingat, tetap perlu hati-hati dan disarankan untuk ke lokasi bersama teman. Sebab, jika mengalami kejadian yang tidak diinginkan ada teman yang akan membantu. Belajar dari pengalaman saya pribadi yang datang seorang diri saat mengunjungi situs ini.
Situs Kodedek terletak di Jl. Gunung Sari, Kodedek, Gunungsari, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Dari pusat kota Bondowoso, ambil jalur ke selatan menuju arah Kecamatan Maesan. Saat sampai di Balai Desa Pakuniran, belok kanan menuju Desa Gunungsari. Terus ikuti jalan sampai ke Kantor Desa Gunungsari. Setelah kantor desa, jalannya akan terasa sulit, terjal, dan berbatu sejauh tiga kilometer hingga tiba di Situs Kodedek.
- Kayan Swastika, Kebudayaan Megalitik di Daratan Tinggi Iyang-Ijen (Yogyakarta: LaksBang PREESindo, 2020). ↩︎
- Safitri, “Situs Kodedek Terkendala Akses Jalan, Belum Dijadikan Klaster Informasi”, Oktober 15, 2021, Radar Jember, https://radarjember.jawapos.com/bondowoso/791108004/situs-kodedek-terkendala-akses-jalan-belum-dijadikan-klaster-informasi. ↩︎
- Ibid. ↩︎
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.