Peta digital menuntun saya ke Apuy, dusun di kaki Gunung Ciremai. Jalur pendakian yang pernah saya coba lebih dari dua dekade lalu.
Teks & foto: Mochamad Rona Anggie

Tahun 2002 dan 2003, saya pernah menjajal rute pendakian Apuy, Desa Argamukti, Majalengka. Baru Sabtu lalu (23/8/2025) ke sana lagi. Start dari rumah di Kota Cirebon pukul 03.00, saya tiba di base camp (BC) Apuy pukul 05.30. Melewati lajur terasering Panyaweuyan yang meliuk-liuk, lalu turun membelah hamparan kebun sayur-mayur.
Mobil penumpang kapasitas besar plat luar kota menyesaki jalan desa. Setiap akhir pekan, wisatawan membanjiri Argamukti. Terutama pendaki yang mau naik Ciremai.
Saya arahkan motor ke BC Apuy (Berod). Letaknya di ketinggian 1.462 meter di atas permukaan laut (mdpl). “Itu, masih lumayan jauh!” seorang warga menunjuk posisi BC di ujung bukit yang dikelilingi kebun kol dan daun bawang.

Motor saya gas ke jalan menanjak di antara balai desa dan masjid. Melalui permukiman, kemudian aspal berganti jalur menyempit selebar dua meter. Terus berkelok semakin terjal.
Beberapa kali saya berhenti untuk menghirup udara pegunungan nan sejuk. Saya puaskan memandang lanskap alam yang luar biasa indah. Sejauh penglihatan adalah tanaman yang tumbuh subur di perbukitan menjulang. Sebuah tower pemancar menancap di pucuknya.


Registrasi Pendaki Pukul 07.00
Pendaki mulai berdatangan. Rombongan diangkut pikap. Banyak pula yang bawa motor. Bisa parkir di lahan terbuka atau pilih yang tertutup dengan ongkos Rp10.000 per malam.
Saya perhatikan warung di area BC Apuy diberi nomor. Kelak saya memperoleh penjelasan tentang ini. Warung terbawah sebelah gerbang masuk dilabeli nomor 1. Saya pesan sarapan di situ. Nikmatnya menyantap nasi hangat, telur dadar plus tempe dan tahu goreng, sambil menatap keelokan terasering Argamukti.
Saya lantas bertemu Ketua BC Apuy, Toif. Lelaki ramah itu memantau proses perizinan dan cek medis pendaki. “Akhir pekan memang membludak. Bisa sampai 200–300 pendaki,” sebutnya.
Toif mengungkapkan, BC Apuy dikelola dengan semangat kebersamaan. Pengurus mendapat peluang ekonomi setara. Warga lokal pun diberdayakan. Mereka menyediakan rumah singgah sekaligus jasa angkut pendaki ke BC.


Total ada 11 warung di BC Apuy. Pemiliknya para pengurus BC. Warung Toif nomor 7. Pemberian nomor bertujuan untuk pemerataan. Biaya registrasi pendaki, termasuk jatah makan satu kali. “Kami atur semua warung kebagian. Jadi tidak ada satu warung ramai, lainnya sepi,” ujar lelaki 45 tahun itu.
Tiket resmi pendakian jalur Apuy Rp125.000. Sudah terhitung biaya daftar daring, setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), asuransi, cek kesehatan, serta layanan ranger yang siap membantu andai pendaki ada kendala.
“Kami siagakan juga motor penjemput ke Pos 1, demi mempercepat pertolongan,” katanya menunjukkan keseriusan pengelola BC Apuy dalam aspek keselamatan pengunjung.



Dari kiri, searah jarum jam: Pendaki menyemut depan loket registrasi, antrean membayar kewajiban administrasi, dan Kang Toif (paling kiri) dan tim mengawasi persiapan pendaki yang hendak muncak
Tampak Turis Asing
Pagi itu di antara kerumunan pendaki domestik, tampak anak muda berkaus tanpa lengan dengan potongan rambut khas turis Asia. Saya dekati dan coba berbincang. Ternyata dari Jepang. Naruto, kah? Ups, bukan! Namanya, Kyosuke (28). Bahasa Inggrisnya terbatas. Tapi rautnya ceria bukan main.
“Kami teman kerja di Kyoto, sedang liburan ke Indonesia,” sahut Wiwit (25) asal Cirebon yang membersamai si Jepang dan dua rekan setanah air.
“Saya perdana naik gunung. Di Jepang biasa ke perbukitan sekitar Gunung Fuji,” tutur Kyosuke melalui terjemahan Wiwit.
Toif membeberkan dalam sebulan ada saja pendaki mancanegara ke Ciremai lewat Apuy. Pihaknya mengecek detail proses registrasi turis asing, karena harga tiket masuk berbeda. “Tarif pengunjung WNA lebih tinggi. Kami terapkan prosedural, agar setoran PNBP optimal,” paparnya.
Toif menambahkan layanan perizinan pendakian rute Apuy setiap hari pukul 07.00–12.00. Lewat dari jam kerja tersebut, pendaki dipersilakan bermalam dulu di homestay milik penduduk atau istirahat di area BC.
Total ada enam pos yang harus dilalui pendaki via Apuy, sebelum menggapai puncak Ciremai. Durasi tujuh jam nonstop. Tapi biasanya, mereka buka tenda di Pos 5 Sanghyang Rangkah, lalu dini hari summit attack melintasi Simpang Apuy–Palutungan dan Goa Walet.
Jumpa Sahabat Rinjani
Tengah asyik mengobrol dengan Toif, tim pendaki yang saya nantikan tiba. Mereka dari Pamulang, Tangerang Selatan. Tahun lalu, kami naik Rinjani bareng. Ada Uda Johny, Pak Bayu, Mas Yoke, Rendi, Hanif, dan Teguh Umbara (Cirebon). Kami berangkulan erat, setelah 14 bulan tak bersua.
Yoke yang mengabari mau naik Ciremai via Apuy. Saya sendiri baru turun dari atap Jawa Barat, 16 Agustus 2025. Jadi, hanya melepas kangen di BC saja. Pukul 10.00 WIB, mereka yang tergabung dalam sebuah open trip, bergegas menapaki medan terjal menuju titik 3.078 mdpl.
Walau tidak lama, pertemuan hangat menjadi penyemangat untuk tetap menjalin hubungan baik. Dataran tinggi Apuy menghimpun kenangan cerita kami. Suatu hari kelak, kisah persahabatan ini bisa didengarkan oleh anak-cucu kami.
Foto sampul: Mentari masih belia dan langit ceria, mengucap “wilujeng sumping” kepada para pengunjung BC Apuy (Mochamad Rona Anggie)
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.