Saya mengunjungi Malang setelah eksplorasi kampung pecinan di Kota Pasuruan. Saya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan dengan mobil. Setibanya di Kota Malang, saya putuskan menginap di Pondok Backpacker Dormitory Hostel, Jalan Tumenggung Suryo No. 28, Bunulrejo, Blimbing. Selesai check in, saya dikejutkan dengan banyaknya turis mancanegara yang menginap di sana. Mereka tak ubahnya saya, solo traveling di kota ini.
Saya tidak perlu khawatir mencari sarapan, karena hostel ini dilengkapi makan pagi gratis untuk tamu. Selesai sarapan, saya segera pergi untuk eksplorasi Kota Lama Malang.
Idjen Boulevard, Senandung Kota Lama Malang
Cara menikmati suasana kota atau kampung lawas adalah dengan berjalan kaki. Idjen Boulevard (atau Jalan Ijen) merupakan satu ruas jalan utama di Kota Malang, yang menjadi tujuan saya sudah cukup lama. Bagi saya, kawasan ini adalah kampung Eropa yang dihuni masyarakat Belanda di Malang kala itu.
Tampak jejeran rumah indis mewarnai sepanjang kiri dan kanan koridor jalan. Mengindikasikan bahwa mereka yang tinggal di sini adalah para elit Belanda dan pengusaha. Ruas jalan lebar dengan pepohonan palem dan deru kendaraan bermotor menjadi pemandangan lazim setiap hari.
Semasa Jalan Ijen dihuni elit Belanda dan pengusaha, mungkin waktu itu tidak seramai sekarang. Laksana kampung lawas di Jawa Tengah yang nyaman meski ingar-bingar masyarakat silih berganti tiada henti.
Merujuk informasi dari rekan, Dwi Cahyono, Jalan Ijen merupakan kawasan hasil rancangan ketiga dari Ir. Herman Thomas Karsten, insinyur sekaligus ahli tata kota Hindia Belanda—Indonesia kala itu. Kawasan tersebut didesain dalam bentuk Villa’s en Tuin woningbouw, artinya “Vila dan Rumah Bertaman”.
Jan Pieterszoon (J.P.) Coen Plein atau Alun-alun Tugu Malang saat ini dijadikan sebagai sumbu imajiner. Kawasan lain yang turut serta dibangun antara lain loji Freemasonry “De Sirius” karya Th. Muller di depan Taman Cerme Klojen Utara (kini the Shalimar Boutique Hotel), HBS School karya Ir. W. Lemei, dan Balai Kota Malang karya H.F. Horn di depan J.P. Coen Plein.
Kawasan Ijen menjadi kian mewah dengan dibangunnya Gereja Katedral Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel di simpang Jalan Guntur dan Jalan Buring. Gereja katedral tersebut merupakan hasil rancangan Henri Estourgie dan Biro Arsitek “Sitzen en Louzada” dari Surabaya.
Saat itu, 11 Februari 1934, upacara peletakan batu pertama pembangunan katedral dilakukan oleh Mgr. Clemente van der Pas O Carm. Tidak lama setelah memulai pembangunan gereja, sang monseigneur (monsinyur) wafat. Sebagai bentuk penghormatan, di salah satu kaca patri rose window terukir coat of arm sang monsinyur.
Gereja Katedral Ijen sejatinya berdiri di atas reruntuhan gereja Katolik pertama di Kota Malang. Demi mengimbangi jumlah penduduk Belanda yang beragama Katolik, anggota dewan kota menginginkan pendirian gereja lebih luas dari sebelumnya.
Gereja ini dibangun setinggi 19 meter. Tata ruang interior, termasuk altar utama, ruang pembersih dosa, ruang paduan suara, mimbar, kapel pembaptisan dan hiasan kaca patri, digarap biro arsitek “Sitzen en Louzada” sampai selesai pada tanggal 13 November 1938. Lalu pada 15 November 1938, digelar upacara peresmian Gereja Katedral Ijen pukul 08.00 oleh Everado Johannes Albers O. Carm. Dalam sambutannya, ia menyematkan nama St. Maria dan menutup pidato dengan menyatakan “rumahku akan disebut rumah doa”.
Upacara peresmian berlangsung khidmat, dihadiri wakil jemaat Katolik Jawa Timur dan warga Kota Malang. Hanya saja, warga yang hendak hadir harus memberitahukan kepada pastor Bloemsath atau pastor Ardts di pastoran gereja.
Setelah makan siang di Toko Oen Malang, saya melanjutkan penelusuran di Jalan Ijen. Tepatnya di depan Museum Brawijaya. Terdapat rumah berwarna merah dengan halaman luas, yang diketahui milik Liem Bo Djwan.
Rumah Liem Bo Djwan adalah karya arsitek Tionghoa bernama Liem Bwan Tjie. Liem, saat merancang hunian, selalu memadukan unsur alam dan manusia dalam setiap karyanya. Gaya arsitektur Liem Bwan Tjie banyak dipengaruhi oleh Frank Lloyd Wright. Jelas bukan sembarang orang yang mampu memiliki hunian di kawasan elit Idjen Boulevard.
Tidak jauh dari kediaman Liem Bo Djwan, mata lensa langsung tertuju pada sebuah rumah di sudut persimpangan Jalan Ijen dan Jalan Pahlawan. Huize Idjen, begitu sebutannya. Menurut catatan Dwi Cahyono, kediaman ini awalnya milik Insinyur H. Meelhuysen dari keluarga W.A. Meelhuysen, seorang kapten militer KNIL Surabaya.
Penelusuran berlanjut ke Jalan Lawu. Rindangnya pohon randu di sepanjang jalan dan beragam hunian bergaya indis senantiasa menemani perjalanan saya. Lensa kamera tak henti mengabadikan peninggalan yang tersisa. Pukul lima sore, saya menyudahi penelusuran dan kembali ke hotel untuk istirahat sejenak.
Mengunjungi Panti Asuhan dan Sekolah Montessori di Klojen
Keesokan harinya, perjalanan saya lanjutkan menuju Bala Keselamatan (The Salvation Army) Panti Asuhan Putri Elim di Jalan Panglima Sudirman, Klojen, Malang. Menurut Dwi Cahyono, gedung Bala Keselamatan Klojen ini diresmikan pukul 17.00 pada tanggal 25 Februari 1937 oleh pimpinan Bala Keselamatan Hindia Belanda, yakni Kolonel De Groot. Upacara peresmian digelar sederhana, tetapi meriah. Kapten Harding Young dan pejabat Bala Keselamatan Hindia Belanda turut hadir.
Pada 9 Juni 1937, diadakan konser amal yang dimeriahkan Ansambel Van Zele atas inisiasi Gezinsbond Malang. Kemudian hari Minggu, 27 Juni 1937, Kolonel De Groot dan sang istri didampingi Mayor Pearce menggelar youth day selama tiga kali pertemuan untuk remaja usia 16–26 tahun. Gelaran pertemuan pertama bertempat di Bala Keselamatan Klojen Malang, lalu berlanjut di Surabaya dan Kabupaten Blitar.
Penutupan sekaligus puncak acara youth day digelar di Klojen yang dihadiri Nyonya De Groot. Warga sekitar boleh berpartisipasi secara gratis. Tidak lama kemudian, Kolonel De Groot dan istri kembali Belanda. Namun, selang setahun berikutnya, mereka kembali ke Klojen untuk menghadiri pemberkatan pernikahan keluarga Kapten Vervaal dan Kapten Sterk. Pemberkatan itu dilakukan di Societeit Concordia Malang pukul tujuh malam sampai selesai.
Kolonel De Groot tinggal di Klojen selama beberapa hari. Selama mereka tinggal di Klojen, mereka disuguhi film dari K.L.M. FILMS dan dihadiri Mayor Uyling dari Surabaya. Pemutaran film sukses, lalu diakhiri pertunjukan musik waltz. Kini Bala Keselamatan menjadi panti asuhan puteri, seperti apa yang diharapkan pertama kali usai diresmikan.
Perjalanan saya berlanjut menuju Omah Mode di Jalan Suropati, Klojen. Dahulu gedung ini merupakan Montessori School atau sekolah Montessori yang diresmikan tanggal 30 Juli 1926. Pendirian gedung tersebut beriringan dengan pembangunan sarana pendidikan lain, seperti Malangsche Frobeschool, perpustakaan Loge De Sirius, dan Neutraal Normaal School. Biaya pembangunan didapat dari anggota Freemasonry Malang, dibantu anggota Asosiasi Comenius untuk bimbingan pendidikan rohani.
Pembangunan gedung sekolah Montessori didasarkan atas pikiran bersama anggota masonik di Loji “De Sirius” Klojen. Upacara peresmian pembukaan gedung sekolah dilakukan di loji secara sederhana, dihadiri ratusan tamu, salah satunya Residen Pasuruan.
Sekolah Montessori dipimpin oleh Mr. Ultee, anggota dewan Neutraal Normaal School. Salah satu gurunya adalah Mevrouw A. Kranenburg. Sistem pendidikan Montessori di Malang mengacu pada ajaran Dr. Maria Montessori dari Italia.
Keterbatasan waktu membuat kunjungan ke bekas gedung sekolah Montessori di Klojen mengakhiri penelusuran saya di Kota Malang. Kalau ingin menelusuri kota ini lebih jauh, tidak cukup dengan waktu hanya satu bulan.
Meski begitu, rasa ingin kembali menikmati kesejukan dan keunikannya pasti menggelayuti benak warga luar kota, baik yang pernah tinggal atau hanya singgah sejenak di Kota Malang. Zaman terus berubah, semoga saja peninggalan di Kota Malang mendapat perhatian lebih baik untuk generasi yang akan datang.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Biasa dipanggil Benu. Asli anak gunung Merapi Merbabu. Sering nulis, lebih banyak jalan-jalannya. Mungkin pengin lebih tahu? Silakan kontak di Instagram saya @benu_fossil.