Travelog

Racikan Rempah Lezat dalam Semangkuk Sop Kikil Kendari

Tempatnya lebih menjorok ke dalam dibanding bangunan-bangunan di sekelilingnya. Eksterior maupun interiornya didominasi warna hijau. Pintunya ditutup gorden yang diikat. Alih-alih seperti rumah makan pada umumnya, kursi dan mejanya disusun mengelilingi ruangan membentuk “U” layaknya di bar. Sederhana.

Itulah Warung Pangkep Sop Kikil, tempat makan pertama saya di Kendari saat menunggu perjalanan berikutnya ke Wakatobi. Lokasinya di Jalan By Pass.

warung pangkep sop kikil
Warung Pangkep Sop Kikil/Dewi Rachmanita Syiam

Saya lumayan lapar. Tadi usai sarapan di rumah hanya dengan teh manis panas dan beberapa cuil roti manis, saya lekas-lekas gendong keril 65L menuju bandara. Sialnya, perut mulai keroncongan saat saya sudah duduk di kursi 7D pesawat kelas ekonomi. Daripada mesti mendengar perut bernyanyi, lebih baik saya ke alam mimpi, hitung-hitung membayar hutang tidur beberapa hari ke belakang.

Untungnya, selepas mendarat di Kendari, sang supir taksi membawa saya menuju restoran yang cukup terkenal itu. Makanan khasnya, sop kikil dengan sepiring nasi, jadi santap siang saya hari itu.

Lezat. Panas. Kaya rasa. Itulah yang dapat menggambarkan betapa nikmatnya sop kikil di warung yang sudah berdiri lebih dari 40 tahun tersebut.

warung pangkep sop kikil
Menyajikan semangkuk sop kikil/Dewi Rachmanita Syiam

Lalang, orang yang saat itu menyajikan sop kikil pada saya, bercerita bagaimana ayahnya menurunkan resep kepada anak-anaknya. Rupanya, makanan yang sudah jadi langganan para petinggi negeri itu resep aslinya bukan berasal dari orang Sulawesi.

“Waktu itu ada orang Jawa yang melihat sisa daging. Lalu diberi resep rempah-rempah dan coba dibuat [juga oleh] bapak saya,” kata Lalang.

Kalau dilihat dan dirasa, sop kikil ini seakan-akan kombinasi coto dan pallubasa khas Makassar.

Dua kuali pencipta rasa di Warung Pangkep Sop Kikil

Menariknya sop kikil satu ini disajikan dengan telur ayam kampung setengah matang yang dicampur kuah sop. Tak seperti sop pada umumnya pula, dua kuali dengan isian berbeda disiapkan untuk semangkuk sop kikil.

Kedua kuali itu yang barangkali jadi kunci dari kelezatan dan autentisitas rasa sop kikil yang disajikan. Satu berisi daging, satu lagi berisi kuah yang lebih kental.

warung pangkep sop kikil
Sop kikil dan sepiring nasi/Dewi Rachmanita Syiam

Garam, lada, sambal, kecap, jeruk nipis, dan MSG disiapkan terpisah di meja makan. Pengunjung bebas menambah pelengkap itu sesuai selera sambil tetap bisa menikmati keaslian citarasa. Namun, tetap saja, sepertinya perlu racikan yang pas agar rasa sop terbaik dapat tercipta.

Uang sebesar Rp33.000 bagi saya cukup sepadan dengan kegurihan, kesegaran, dan kekayaan rempah dalam sop. Kuahnya seperti soto berwarna kecokelatan. Kikilnya yang begitu lembut dan diiris tipis jadi keunggulan lain. Taburan bawang goreng dan seledri itu juga bukan sekadar hiasan, namun sentuhan cerdas yang menambah kelezatan.

Agar lebih nikmat, tambahan berupa telur bebek atau kerupuk tempe bisa diminta. Ekstra sumsum pun bisa jadi pilihan lain. Yang jelas, semangkuk sop kikil dengan sepiring nasi putih wajib dinikmati kalau singgah di Kendari.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Menggemari perjalanan, musik, dan cerita.

Menggemari perjalanan, musik, dan cerita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *