Itinerary

3 Momen Mengharukan yang Bakal Kamu Hadapi dalam Perjalanan

Saat melakukan perjalanan, tentu saja kamu bakalan mengalami momen-momen yang menyenangkan, yang bakal bikin kamu tersenyum dan berbahagia merayakan kehidupan.

Tapi, selain yang menyenangkan, kamu juga bakalan merasakan momen-momen mengharukan dalam perjalanan, misalnya saat mengalami tiga kejadian berikut:

Stasiun kereta via pexels.com/Vlad Bagacian

1. Saat ada yang tiba-tiba menolongmu tanpa pamrih

Perjalanan itu ibarat Benteng Takeshi. Ada kalanya kamu melewati jalan yang mulus, tapi ada juga masanya kamu harus menghadapi rintangan-rintangan yang menantang, yang kadang bisa bikin kamu terharu.

Misalnya, kamu tiba di sebuah kota yang sepi. Sudah sore. Nggak ada lagi angkutan umum yang lalu-lalang di jalan. Terpaksa kamu jalan dari pinggir kota sampai ke pusat kota tempat penginapan kamu berada. Lalu hujan turun. Kamu—terpaksa lagi—harus mencari atap untuk berteduh.

Kamu akhirnya berteduh di teras sebuah rumah. Melihat kamu berteduh di sana, penghuni rumah itu, sebuah keluarga kecil (ayah, ibu, dan seorang anak yang masih kecil) yang bersahaja, mempersilakan kamu duduk di kursi rotan di beranda.

Saat kamu lagi duduk menunggu hujan reda, tahu-tahu sang ibu datang membawa sebuah nampan, membawakan kamu secangkir teh manis hangat dan sepiring camilan tradisional lokal yang kamu bahkan nggak tahu namanya. Sang ayah menemani kamu mengobrol, menanyakan kamu dari mana, hendak ke mana, dll.

Setelah teh manis hangat dan camilan itu habis, hujan reda. Kamu pamit pada mereka untuk melanjutkan perjalanan jalan kaki ke pusat kota. Tapi mereka nggak rela membiarkanmu jalan sendirian, sebab sudah terlalu senja. Lalu mereka mencari alasan supaya bisa mengantarkanmu naik becak motor ke penginapanmu di pusat kota. Setiba di depan penginapanmu, mereka hanya tersenyum kemudian berlalu.

quotes senja
Bermain bola via pexels.com/Manu Mangalassery

2. Saat tahu bahwa ada orang yang hidupnya lebih menderita ketimbang kamu

Barangkali sebagian di antara kamu pergi traveling untuk melarikan diri dari “penderitaan” yang kamu alami di kota, entah dari pekerjaan atau masalah-masalah hidup lain. Kamu berharap perjalanan itu akan bisa membuatmu sejenak melupakan permasalahan-permasalahan itu.

Tapi, bukannya membuatmu melupakan segala problema, perjalanan malah memberi kamu momen-momen mengharukan, yang memberikan pelajaran, dan membuatmu merasa lebih bersyukur dengan kehidupan yang kamu jalani.

Suatu hari kamu dipertemukan dengan seseorang yang ternyata kehidupannya jauh lebih menderita ketimbang kamu. Di sebuah kota kecil, nasib mengantarkanmu mengobrol dengan seorang berusia empat puluhan yang sehari-hari bekerja serabutan. Kadang dia jadi buruh bangunan, kadang jadi kondektur bis, kadang bekerja memetik buah-buahan saat panen raya.

Ia hidup sendirian di kota kecil itu. Sepuluh tahun yang lalu, keluarganya hilang setelah kapal yang membawa mereka menyeberang ke pulau seberang tenggelam di laut. Ia tentu saja sedih. Tapi hidup harus terus berlanjut.

Yang membuat kamu heran, meskipun sudah mengalami kejadian menyedihkan itu, dari wajahnya masih tersirat optimisme untuk menjalani hidup. Tiap hari ia masih tetap bersemangat menyambut munculnya matahari. Terus kamu jadi berpikir, “Kalau orang ini saja masih semangat untuk hidup, nggak ada alasan buatku untuk nggak bersemangat menjalani hidupku.”

dunia traveling
Menikmati pemandangan via pexels.com/Duong Nhan

3. Saat harus bilang selamat tinggal pada orang-orang yang kamu jumpai dalam perjalanan

Perjalanan tentu saja bakal mempertemukan kamu dengan banyak orang. Dengan mereka kamu bakal berinteraksi selama beberapa waktu. Kalian bakal bertukar cerita, saling mengenal satu sama lain, saling memperkaya hidup masing-masing.

Tapi, pertemuan itu sepaket dengan perpisahan. Setelah beberapa waktu bersama, kalian bakal saling mengucapkan selamat tinggal. Dia, atau mereka, bakal meneruskan kehidupan. Kamu juga bakalan beranjak dan meneruskan perjalananmu.

Perpisahan-perpisahan itu bakalan jadi momen-momen yang mengharukan dalam perjalanan. Soalnya, kalian nggak tahu kapan bakal bisa bertemu lagi—sebulan, dua bulan, setahun, lima tahun, sepuluh tahun? Atau, bisa jadi, ini adalah pertemuan (dan perpisahan) pertama dan terakhir kalian.

Kalian memang berbasa-basi—bertukar nomor ponsel, alamat email, blog, alamat rumah. Tapi, dalam hati, kalian tahu bahwa itu nggak ada gunanya. Selepas perjalanan ini kalian bakal tenggelam lagi dalam kehidupan masing-masing, dan cerita-cerita ini hanya akan mengendap dalam kenangan, terus memudar… dan akhirnya hilang.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *